Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Puasa Usai, Saatnya Menyantap Bakso Favorit dengan Lahap

Diperbarui: 24 April 2023   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bakso|dok. Shutterstock, dimuat Kompas.com

Selama bulan puasa tahun ini saya tak sempat menikmati makan bakso, sesuatu yang di luar bulan puasa relatif sering saya lakukan.

Saya menjadi penggemar bakso sudah sejak lama. Tepatnya, sejak saya mengenal bakso ketika masih di bangku kelas 4 atau 5 SD di kota kelahiran saya, Payakumbuh, Sumbar.

Apakah banyak orang Minang penggemar bakso? Setahu saya cukup banyak, meskipun bakso jelas bukan makanan asli Minang.

Dan tidak ada yang namanya Bakso Padang, karena bakso di Sumbar sama saja dengan bakso yang ada di Jakarta atau kota-kota lain di Jawa.

Ini berbeda dengan Sate Padang, Lontong Sayur Padang, Soto Padang, Martabak Kubang, atau Bubur Kampiun, yang jelas-jelas makanan khas Minang.

Belum lagi kalau kita bicara soal Nasi Padang (termasuk Nasi Kapau sebagai salah satu varian Nasi Padang), yang diterima oleh berbagai suku di semua wilayah Nusantara.

Namun demikian, mengingat bakso banyak penggemarnya, sekarang sudah banyak urang awak yang pintar membuat bakso dan membuka warung bakso.

Seingat saya, bakso masuk ke Sumbar, atau paling tidak ke Payakumbuh, di awal dekade 1970-an. Seperti sudah saya tulis, ketika itu saya masih SD.

Karena saat itu orang Minang khawatir bakso dan semua makanan yang diawali "bak" mengandung babi, di Sumbar bakso disebut miso.

Tapi, sekarang sudah tak ada masalah, istilah "bakso" tidak lagi menimbulkan penfasiran yang berbeda. Bakso sudah sangat gampang ditemui, bahkan sampai ke desa-desa di Sumbar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline