Surat untuk kampung halaman, Payakumbuh kotaku tercinta.
Surat ini sengaja saya tulis dengan penuh rasa cinta akan kota kelahiran saya. Meskipun saya sudah puluhan tahun memegang KTP DKI Jakarta, tidaklah membuat cinta saya sirna.
Banyak kenangan manis di masa kecil dan masa remaja saya, sehingga saya selalu merasa terpanggil untuk pulang ke Payakumbuh, paling tidak setahun sekali.
Bagi saya, Payakumbuh adalah kota yang sedang-sedang saja, tapi bukan kota yang biasa-biasa saja. Justru di situlah letak keistimewaannya.
Kenapa saya sebut sedang-sedang saja? Karena kotanya bukan kota besar, tapi juga bukan kota kecil. Sekarang sudah ada pusat perbelanjaan bergaya mal di pusat kota.
Banyak pula restoran dan kafe dengan nama-nama terkenal berbau asing, yang dulu cuma ada di kota-kota besar.
Yang membuat saya nyaman, hawanya tidak sepanas kota Padang, tapi juga tidak sedingin Bukittinggi.
Payakumbuh kotaku tercinta.
Masih segar dalam ingatan saya, sekitar 40 tahun lalu, Payakumbuh hanya sebuah kota kecil yang masih dominan ciri agrarisnya.
Yang betul-betul berwajah kota hanya sekitar radius 1 kilometer dari pusat kota, di mana yang jadi pusat kota adalah Kantor Bupati Kabupaten 50 Kota.