Konon, bila seorang ustaz atau penceramah agama tak pandai menyisipkan materi yang lucu dalam ceramahnya, para jemaah akan tertidur mendengar ceramahnya.
Materi yang terlalu serius, membuat pendengar sulit untuk berkonsentrasi mengukutinya. Tapi, materi serius yang dibawakan secara ringan dan kocak, lebih menggugah jemaah.
Meskipun begitu, harus diakui, bahwa orang yang tergugah belum tentu akan dengan gampang melakukan apa yang diceramahkan oleh Pak Ustaz.
Sering kesadaran seseorang hanya sebatas saat di masjid. Ketika sudah berada di luar masjid, larut lagi dengan persoalan duniawi.
Adakalanya, hal-hal yang dilarang Allah, justru didekati. Sebaliknya, perintah Allah malah dijauhi.
Tapi, terlepas dari itu, kehadiran para penceramah agama yang disukai publik, tetap dibutuhkan.
Dengan sering-sering mendengar ceramah agama, meskipun tidak seketika mengubah perilaku seseorang, insya Allah masih ada harapan, ketimbang mereka yang melupakan masjid.
Nah, biasanya ada penceramah favorit yang disukai banyak orang. Di sinilah diperlukan kemampuan ekstra seorang penceramah, yakni yang juga bisa menghibur.
Beberapa penceramah dikenal sebagai pintar melucu, seperti Ustaz Abdul Somad, Ustaz Solmed, Ustaz Maulana, dan Ustaz Wijayanto, sekadar menyebut beberapa contoh.
Mungkin karena menyadari kemampuan melawak sebagai modal, tak sedikit pelawak yang akhirnya terjun menjadi pendakwah.