Selama 4 hari pada minggu pertama Februari 2023, saya sengaja pulang kampung ke Payakumbuh (Sumatera Barat) karena ada keperluan keluarga.
Saya terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta ke Pekanbaru, melakukan perjalanan darat ke Payakumbuh, dan selanjutnya kembali ke Jakarta dari Bandara Internasional Minangkabau, Padang.
Di masing-masing kota (Pekanbaru, Payakumbuh dan Padang), ada saudara yang saya kunjungi untuk bersilaturahmi.
Nah, di sela-sela acara silaturahmi tersebut, saya menyempatkan diri berwisata pada Sabtu sore hingga malam (4/2/2023) yang lalu.
Karena berwisata di Bukittinggi dan Pantai Padang sudah tidak asing lagi bagi saya, maka pilihan saya adalah mengunjungi kota Pariaman.
Kota yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera itu hanya berjarak sekitar 50 kilometer dari pusat kota Padang.
Pengembangan pariwisata di Pariaman relatif terlambat, baru menggeliat akhir-akhir ini dan berupaya mengejar ketertinggalannya dari kota lain.
Memang, dulu objek wisata di Sumbar identik dengan Pantai Padang, Ngarai Sianok dan Jam Gadang di Bukittinggi, Istana Pagaruyung di Batusangkar, Lembah Harau di Payakumbuh dan Pantai Mandeh di Painan.
Tapi, sekarang beberapa pantai yang berjejer (saling saling menyambung) yang ada di Pariaman telah dipercantik, sehingga tak kalah dengan pantai di kawasan wisata lain.
Kebetulan saya sudah berkunjung ke jejeran pantai di Anyer (Banten), Kulon Progo (DI Yogyakarta), dan di sekitar Kuta-Legian-Seminyak dan banyak pantai lain di Bali.