Apakah adanya kebijakan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) khusus untuk orang kaya, bisa dibilang kebijakan yang aneh? Aneh atau tidak, yang jelas kebijakan seperti itu tidak lazim.
Selama ini, jika ada moda transoprtasi yang menerapkan sistem dua tarif, maka jenis layanannya akan berbeda untuk masing-masing sistem.
Misalnya, penumpang pesawat kelas bisnis yang bertarif mahal punya tempat duduk yang lebih lega di bagian depan.
Kemudian, penumpang kelas bisnis juga dapat fasilitas yang lebih banyak dibanding penumpang kelas ekonomi yang bertarif lebih murah.
Ada juga moda transportasi yang menerapkan beberapa kelas tarif, meskipun pelayanannya sama saja bagi semua penumpang.
Tapi, perbedaannya bukan karena kaya-miskinnya seorang penumpang. Melainkan, melihat usianya. Misalnya, pelajar dan lansia mendapat tarif diskon.
Diskon tersebut rasanya masuk akal, karena pelajar rata-rata uang jajannya dari orang tua relatif kecil. Di lain pihak, pergi ke sekolah bersifat wajib.
Adapun lansia, atau di luar negeri istilahnya lebih halus "warga senior", rata-rata juga punya penghasilan terbatas.
Lansia yang punya uang pensiun bulanan pun, jumlah yang diterimanya relatif kecil. Apalagi, yang tak punya uang pensiun.
Nah, sekarang kalau tarif dibedakan berdasarkan penghasilan pelanggan atau penghasilan penumpang transportasi publik, memang rasanya kurang lazim.