Internet telah mengubah banyak hal dalam semua aspek kehidupan. Termasuk dalam hal cara berbisnis, yang ibaratnya telah terjadi revolusi besar yang harus diikuti oleh pelaku usaha.
Jika ada pelaku usaha yang tak mampu mengikuti atau beradaptasi dengan kemajuan teknologi, bisa dipastikan bahwa usahanya akan mengalami kemunduran, bahkan bisa bangkrut.
Ambil contoh bisnis media cetak seperti koran dan majalah, satu per satu bertumbangan alias tidak terbit lagi.
Yang terakhir, Harian Republika yang terbit sejak 4 Januari 1993, sudah tamat riwayatnya sejak 1 Januari 2023 yang lalu.
Tapi, sebagai media, Republika akan tetap berlanjut dengan fokus pada format digital, seperti yang diumumkan oleh pihak redaksinya dan beredar di media sosial Desember 2022 lalu.
Koran Republika yang di awal kelahirannya sangat jelas menyasar pembaca kalangan menengah muslim di tanah air, memang wajar memilih langkah mematikan versi cetaknya.
Soalnya, pendapatan dari iklannya merosot tajam, jika dilihat dari langkanya iklan di koran tersebut.
Sebetulnya, dari dulu pun iklan tidaklah banyak di Republika, dibandingkan dengan Kompas (iklan umum), Pos Kota (iklan baris), dan Bisnis Indonesia (iklan laporan keuangan perusahaan).
Namun, Republika beruntung karena punya pembaca setia yakni mereka yang berkecimpung di organisasi masyarakat berlabel Islam dan civitas academica perguruan tinggi Islam.
Tapi, Republika boleh dibilang gagal mengkader para pembacanya, sehingga ketika pembaca tua meninggal dunia, belum muncul pembaca remaja sebagai penggantinya.