Kebetulan, saya dulu pernah jadi assessor di perusahaan tempat saya bekerja. Tentu, saya mendapatkannya setelah mengikuti pelatihan dan mendapatkan sertifikasi.
Jadi, misalnya ada staf yang memenuhi kriteria tertentu yang akan dipromosikan, terlebih dahulu mengikuti beberapa tahap seleksi.
Pada tahap terakhir, dilakukan wawancara untuk menggali kompetensi, di mana 3 orang assessor harus dihadapi seorang assessee (yang diwawancara).
Jika kompetensi seorang staf dinilai sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan yang lebih tinggi, maka assesseor memberikan rekomendasi untuk dipromosikan.
Wawancara kompetensi tersebut dimulai dengan penjelasan dari assessor terkait tujuan dan teknis wawancara yang akan dilakukan.
Kemudian, sedikit basa-basi agar assessee tidak tegang sambil ia diminta memperkenalkan diri dan menceritakan perjalanan kariernya secara ringkas.
Nah, setelah itu selalu pertanyaan standarnya kira-kira seperti ini; "Coba ceritakan, dalam posisi Anda sebagai staf, apa pengalaman yang paling memuaskan Anda dalam 2 tahun terakhir ini."
Pertanyaan itu bukan lagi basa-basi, tapi menjadi hal penting dalam menggali apakah seseorang punya kompetensi yang telah terbukti membuahkan hasil.
Misalnya pertanyaannya berbunyi; "Apa yang akan Anda lakukan jika menjadi.......," hal ini dianggap belum bisa menggambarkan kompetensi.
Karena, sesuatu yang akan dilakukan, hanya semacam potensi. Belum tentu nantinya ketika dipromosikan, ia akan melakukan apa yang dikatakannya saat wawancara.
Tapi, jika seseorang diminta menceritakan apa yang memuaskannya, maksudnya menggiring pada apa prestasi yang telah diraihnya, atau apa pencapaian kinerjanya yang membanggakannya.