Seorang keponakan saya baru saja menghabiskan waktu libur kuliahnya dengan melakukan solo traveling di beberapa destinasi wisata di Jawa dan Bali.
Sabtu yang lalu (17/9/2022), ia kembali ke Pekanbaru, kota tempat ia tinggal bersama orang tua dan saudara-saudaranya.
Kebetulan, dalam beberapa hari terakhir masa liburannya, ia hanya berkeliling kota Jakarta saja dan menginap di rumah saya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.
Pada hari terakhir, ia sengaja di rumah saja dengan tujuan bisa menata barang yang akan dibawanya ke Pekanbaru.
Ia kaget melihat ternyata barang yang harus dibawanya banyak sekali, menjadi dua kali lipat dibandingkan saat ia meninggalkan Pekanbaru 3 minggu sebelumnya.
O ya, rute yang ditempuhnya adalah Pekanbaru-Jakarta dengan pesawat, kemudian keliling beberapa kota di Jawa dan Bali hingga kembali ke Jakarta, semuanya naik kereta atau bus.
Jadi, selama jalan-jalan, ia belum pernah mengalami soal kelebihan bagasi, karena di bus atau kereta tidak mengatur hal tersebut secara ketat.
Tentu, tambahan barangnya tersebut berupa oleh-oleh, baik yang dibelinya sendiri, maupun yang dititipkan famili yang dijumpainya untuk diberikan pada orangtuanya di Pekanbaru.
Kebetulan, di beberapa kota tujuan liburannya, ia menginap di rumah famili, seperti di Yogyakarta dan Malang.
Istri saya pun ikut-ikutan membelikan oleh-oleh, karena itu sudah jadi budaya di keluarga besar kami, saling memberi oleh-oleh bila ada kesempatan.
Akhirnya, atas saran istri saya, semua oleh-oleh dikemas dalam satu kardus. Jika kardus tersebut ditimbang dan ditambah dengan berat satu koper yang dibawanya dari Pekanbaru, ada kemungkinan kelebihan bagasi.