Tulisan ini bukan mempromosikan tokoh tertentu. Kebetulan saja, saya menonton acara salah satu stasiun televisi berupa wawancara dengan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak.
Sebelum terpilih menjadi wagub karena menjadi pasangan Khofifah Indar Parawansa sebagai gubernur Jawa Timur, Emil adalah Bupati Trenggalek.
Karena jaraknya yang relatif jauh dari Surabaya (sekitar 200 kilometer), dan berada di bagian selatan Pulau Jawa, maka kemajuan Trenggalek relatif tertinggal dari kota-kota di pantai utara (pantura).
Namun, Emil memberi contoh kemajuan yang telah dicapai Trenggalek saat ini, salah satunya adalah dibangunnya pasar tradisional atau pasar rakyat yang nyaman.
Pasar tersebut bernama Pasar Pon yang dulu hanya berupa jejeran kios yang menggunakan atap seng dengan tonggak kayu sebagai penyangga.
Tentu saja pasar tersebut dulunya sering becek jika hujan turun. Tapi, sekarang pasar itu telah bersalin rupa menjadi pasar bergaya modern, dan bahkan menjadi ikon baru kota Trenggalek.
Jangan heran, kalau Pasar Pon Trenggalek seperti menjadi destinasi wisata karena ramai dikunjungi tidak saja oleh warga setempat, tapi juga dari luar Trenggalek.
Memang, sebagai pasar, tentu tujuan utamanya bukan sebagai tempat pengunjung sekadar berfoto-foto saja yang diunggah di media sosial.
Yang paling penting adalah apakah transaksinya juga ramai. Apakah harga barang jadi mahal, karena biaya pemeliharaan tempat yang mahal.
Tentu para pedagang tidak mau hanya sekadar nyaman lingkungannya, tapi menjadi rugi gara-gara omzet yang tidak memadai.Jika itu yang terjadi, modalnya yang tertanam dalam bentuk barang dagangan, tidak berputar. Padahal, pedagang butuh uang untuk membiayai kehidupan rumah tangganya sehari-hari.