Saat ini, boleh dikatakan sudah banyak sekali orang yang punya kendaraan pribadi, tidak hanya kendaraan roda dua, tapi juga roda empat.
Jangan dikira hanya warga perkotaan yang hilir mudik dengan kendaraan pribadinya, sebagian warga desa pun juga mampu melakukannya.
Punya kendaraan itu memang enak, karena dalam bepergian kita tak tergantung orang lain. Jika menumpang kendaraan umum, sering terkendala karena jadwalnya yang kurang jelas.
Namun, jangan melihat orang yang punya kendaraan dari sisi enaknya saja. Ada konsekuensi yang memerlukan kedisiplinan terhadap kendaraan yang kita miliki.
Konsekuensi dimaksud antara lain harus rajin dan telaten merawatnya. Jika tidak, alamat kendaraan akan sering masuk bengkel karena mengalami kerusakan.
Bahkan, meskipun kita telah rajin merawat, sebaiknya juga melakukan servis berkala setelah dipakai melewati masa tertentu atau telah menempuh perjalanan sekian ribu kilometer.
Nah, soal memperbaiki kendaraan atau sekadar servis berkala, ada dua pilihan, yakni mendatangi bengkel resmi sesuai merek kendaraan yang dipakai, atau mendatangi bengkel tidak resmi di pinggir jalan.
Secara kualitas, jelas bengkel resmi lebih baik. Tapi, belum tentu lokasinya gampang dicapai. Biasanya hanya ada di jalan utama di pusat kota.
Selain itu, tarifnya cukup mahal bagi rata-rata orang kebanyakan. Satu lagi, harus sabar menunggu antrean agar bisa dilayani, bahkan sebagian pelanggan telah mendaftar satu atau dua hari sebelumnya.
Sedangkan bengkel tidak resmi di pinggir jalan, mudah dijangkau dan harganya cukup bersahabat dengan kantong masyarakat umum.
Satu hal yang paling mengesalkan, montir di bengkel tidak resmi tak banyak yang jujur. Makanya, sudah biasa bila melihat pelanggannya ngedumel karena merasa tertipu.