Kelahiran cucu pertama saya pada awal Januari 2022 lalu adalah sensasi yang luar biasa bagi saya dan istri. Betul kata orang, sayang kepada cucu lebih terasa, mungkin lebih tinggi dibandingkan sayang kepada anak.
Sekarang, karena sudah mendekati akhir Agustus, tentu sang cucu tersebut sudah berusia sekitar 8 bulan. Usia yang sedang lucu-lucunya dan sering bikin gemes.
Ceritanya, kedua orang tua cucu tersebut, pada hari kerja, sekitar jam 10 pagi datang ke rumah kami mengantarkan cucunya. Kebetulan, rumah tempat anak saya tinggal dan rumah kami berjarak beberapa ratus meter saja.
Setelah kedua orang tua sang cucu selesai bekerja sekitar jam 7 malam, mereka datang lagi menjemput cucu, untuk dibawa ke rumahnya.
Memang, begitu menginjak usia 6 bulan, selain membawa air susu ibu (ASI), menantu wanita kami juga membawa makanan pendamping ASI (MPASI).
Ada MPASI yang sudah berupa makanan jadi, mirip biskuit. Tapi, ada juga yang diolah sendiri oleh sang menantu, berdasarkan penjelasan dari dokter anak yang mengontrol kesehatan cucu kami setiap bulannya.
Tentu, ASI dan MPASI tersebut menjadi tugas istri saya (terkadang juga saya ikut membantu), untuk memberikannya kepada cucu kami.
Jika ASI diisap dari dot yang ada di bagian tutup botol, maka untuk MPASI yang berupa makanan olahan, disuapkan menggunakan sendok kecil.
O ya, ada juga sih sedikit "drama" terkait perbedaan pendapat tentang MPASI antara istri saya dengan menantu wanitanya.
Karena dokter bilang harus mulai diperbanyak protein, maka unsur daging di MPASI yang dibuat si menantu menjadi dominan. Sayangnya tidak terlalu halus waktu dihancurkan pakai blender.
Akibatnya, si bayi tak bisa mencerna dan makanannya muntah kembali. Istri saya menyarankan, unsur dagingnya agar dikurangi dan betul-betul halus.