Jika seseorang sangat asyik main gawai, katakanlah chatting dengan menggunakan aplikasi media sosial tertentu, biasanya dinilai negatif oleh orang lain yang melihat.
Soalnya, banyak orang, terutama yang sudah tidak muda lagi, cenderung antipati terhadap anak muda yang tak bisa melepaskan diri dari media sosial.
Di mata orang tua, mereka yang bermedia sosial langsung dihubungkan dengan kegiatan yang sifatnya sekadar main-main saja.
Dengan demikian, kaum rebahan yang menghabiskan waktu berjam-jam tenggelam dalam media sosial, disebut sebagai kegiatan yang unfaedah (tidak bermanfaat).
Ya, tentu ada sebagian dari kita yang seperti itu, main gawai hanya sekadar melampiaskan kecanduan. Tapi, tolong disadari, sebagian yang lain justru menjadi lebih produktif dengan memanfaatkan media sosial.
Sehingga, penghasilan mereka yang kreatif dalam bermedia sosial pun meningkat. Betapa banyaknya jenis profesi baru yang lahir setelah maraknya media sosial.
Lagipula, jangan lupakan, media sosial sangat besar kontribusinya ketika pandemi Covid-19 melanda negara kita, yang membuat kegiatan bekerja, belajar, atau bertransaksi, terpaksa dilakukan dari rumah masing-masing.
Jadi, melihat seseorang lelaki lagi asyik chatting, jangan langsung curiga bahwa ia lagi iseng-iseng merayu seorang wanita yang ditaksirnya.
Siapa tahu, lelaki tersebut sedang merintis usaha, lagi memasarkan produknya, atau bisa pula lelaki tersebut tengah menerima order.