Jika lagi menemani istri berbelanja di pasar swalayan, sambil mengantre di kasir, saya suka melirik belanjaan para pengantre yang lain.
Rata-rata mereka berbelanja dalam satu troli yang menggunung karena penuh sesak. Bahkan, tak sedikit pengunjung yang menggunakan 2 troli.
Swalayan tempat saya sering berbelanja memang terkenal dengan harganya yang lebih miring ketimbang swalayan lain. Tak heran bila pelanggannya ramai.
Pelanggan akan lebih ramai lagi pada hari Sabtu dan Minggu di akhir bulan dan awal bulan. Tentu, karena ini berkaitan dengan tanggal gajian perusahaan swasta dan pegawai negeri.
Tapi, ada pula sebagian kecil pengunjung yang terlihat memborong berbagai jenis barang yang saya duga untuk dijual kembali di warungnya.
Dugaan saya itu karena melihat penampilannya yang lebih terkesan sederhana dan ada daftar belanja panjang yang dipegangnya di secarik kertas.
Tiap sebentar daftar tersebut diliriknya dan sewaktu barang dihitung oleh kasir, orang yang saya duga pedagang warung itu sangat serius memperhatikan harga yang dientri kasir.
Namun, sebagian besar pengunjung saya kira bukanlah pedagang. Artinya, mereka belanja untuk dikonsumsi sendiri atau hanya sebatas untuk keluarganya.
Tentu, ada juga yang berbelanja untuk nantinya disuguhi kepada tamu yang datang ke rumah secara mendadak. Malu juga bila ada tamu tanpa disuguhi apa-apa.
Yang berbelanja untuk dikonsumsi sendiri, kebanyakan tidak pakai daftar belanja. Mereka main hantam saja. Nah, inilah yang menjadi perhatian saya.
Soalnya, banyak juga yang berbelanja untuk dikonsumsi sendiri, namun membeli dalam jumlah yang banyak, tak kalah dengan mereka yang membeli untuk dijual kembali.