Menjadi sopir (driver) agaknya bukan jenis pekerjaan yang diidamkan banyak orang, meskipun ketrampilan menyetir mobil dengan baik, relatif mudah dilakukan.
Tapi, dalam kondisi tidak gampang mendapatkan pekerjaan formal, seseorang yang menjadi sopir sebagai sumber penghasilan, tentu akan tetap bersyukur.
Profesi sopir sebetulnya termasuk penting mengingat keselamatan penumpang berada di bawah kendalinya. Bayangkan, sopir bus antar kota yang menempuh perjalanan jauh, tentu membutuhkan keahlian khusus.
Ada lagi sopir truk, sopir taksi, sopir angkot, dan sebagainya. Tulisan ini akan lebih fokus membahas sopir dinas di suatu kantor.
Sopir dinas itu sendiri ada dua kelompok, yakni sopir operasional yang melayani kebutuhan karyawan dan sopir pribadi pejabat di kantor tersebut. Nah, cerita tentang sopir pejabat inilah yang diangkat berikut ini.
Karena pejabat yang dilayani oleh sopir pribadi yang diceritakan di sini adalah kepala cabang sebuah BUMN, maka sopirnya berstatus pekerja outsourcing di BUMN tersebut.
Si sopir dikontrak untuk masa 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali, tergantung penilaian kepala cabang yang dilayaninya. Ada juga yang dikontrak untuk 1 tahun yang juga dapat diperpanjang setiap tahun.
Perlu diketahui, di BUMN tersebut, seorang kepala cabang sering dimutasikan ke kota lain. Rata-rata setelah menjabat selama 2 tahun, kepala cabang akan diganti.
Kepala cabang yang baik hati sering memberi uang tip kepada sopirnya, sehingga si sopir selain mendapat gaji dari kantor, juga punya penghasilan ekstra dari bosnya.
Tapi, kalau dapat bos yang pelit, si sopir akan menderita. Soalnya, jam kerja sopir kepala cabang bisa dari subuh hingga tengah malam, dan tidak mengenal hari libur.
Bayangkan, kalau si bos sudah mengagendakan main golf dengan rekan bisnisnya jam 6 pagi, artinya saat subuh si sopir sudah stand by di rumah bos.