Tradisi mudik lebaran kembali semarak, setelah pada dua kali lebaran sebelumnya terhalang oleh kondisi negara kita yang sedang menghadapi pandemi Covid-19.
Libur lebaran kali ini sudah memasuki hari terakhir. Saatnya untuk kembali ke kota perantauan masing-masing. Lalu, apakah arus balik akan sama macetnya dengan arus mudik?
Bisa jadi akan sama saja. Tapi, secara psikologis, biasanya waktu yang dibutuhkan untuk kembali terasa lebih cepat ketimbang waktu saat berangkat.
Dengan demikian, perjalanan pun terasa lebih nyaman. Kenapa seperti itu? Itulah yang disebut dengan "return trip effect".
Secara umum, return trip effect adalah efek yang dirasakan oleh seseorang dalam bepergian, di mana perjalanan pulang terasa lebih cepat dibandingkan saat berangkat. Padahal, jarak tempuhnya sama karena rute yang ditempuh persis sama.
Ya, bisa jadi waktu tempuh saat mudik dan saat balik sama saja. Kalaupun berbeda, mungkin hanya beti alias beda tipis, tidak signifikan.
Namun, secara psikologis, biasanya yang tertanam dalam pikiran, perjalanan balik terasa lancar. Bahkan, ketika mau sampai di rumah, malah menjadi pertanyaan dalam hati, kok sudah mau sampai saja? Rasanya cepat banget.
Nah, dari referensi yang ada, hal itu berkaitan dengan apa yang kita pikirkan. Jika kita memikirkan soal waktu, dengan sebentar-sebentar melirik jam tangan atau jam di hape, waktu terasa berjalan sangat lama.
Tapi, jika kita santai saja, memikirkan hal lain selain waktu, misalnya sibuk menikmati makanan kecil, sibuk ngobrol, mendengar musik, main hape, atau malah menggunakan waktu di jalan untuk tidur, maka waktu terasa berjalan dengan cepat.
Coba perhatikan saat mudik. Bukankah dalam hati kita ketika macet akan ngomel, "duh, ini kapan sampainya?". Tiap sebentar kita melihat rute perjalanan, tinggal berapa kilometer lagi untuk sampai di kampung halaman.
Ketika balik, karena rutenya sudah kita hafal, lazimnya kita tak lagi bertanya ini sudah sampai di mana, dan tahu-tahu sudah sampai saja di tempat tujuan.