Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

"Maanta Pabukoan", Tradisi Silaturahmi Menantu-Mertua di Sumbar

Diperbarui: 19 April 2022   05:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi arak-arakan ibu-ibu membawa makanan di Sumbar|dok. direktoripariwisata.id

Saya punya Pak Etek (adik dari ayah dalam bahasa Minang) yang menikah dengan seorang wanita dari keluarga terpandang di Payakumbuh, Sumbar. 

Ya, tentu soal "terpandang" tersebut bersifat relatif. Tapi, untuk ukuran kota kecil seperti Payakumbuh, mertua dari Pak Etek tersebut memang tergolong kaya.

Kenapa saya merasa perlu menuliskan soal "keluarga terpandang"? Karena ada kaitannya dengan berbagai tradisi Minang yang oleh pihak keluarga istri Pak Etek dilakukan secara besar-besaran, yang menimbulkan decak kagum warga setempat yang melihatnya.

Saya masih SD di awal dekade 70-an ketika Pak Etek menikah. Ketika itu berbagai acara adat terkait pernikahan masih dipegang teguh, berbeda dengan sekarang yang cenderung serba praktis dengan menggelar acara di gedung untuk waktu yang terbatas.

Selain itu, ada tradisi masyarakat Minang tempo dulu yang dilakukan di bulan puasa, yakni "maanta pabukoan" atau mengantar makanan takjil untuk berbuka puasa dari menantu wanita kepada keluarga mertuanya.

Nah, pada puasa tahun pertama setelah pernikahan Pak Etek, sekitar pada salah satu hari di puasa minggu kedua, saya merasa kaget dengan begitu panjangnya arak-arakan ibu-ibu dari keluarga istri Pak Etek ke rumah nenek saya sebagai ibu mertuanya.

Rombongan besar tersebut datang pada sore hari setelah salat Ashar. Iring-iringan tersebut dilakukan dengan berjalan kaki sejauh lebih kurang 1 km, dari rumah besan nenek ke rumah nenek.

Kalau satu orang menjunjung satu wadah berisi makanan dan anggota rombongan sekitar 25 orang ibu-ibu, tentu bisa dibayangkan betapa banyaknya makanan yang dibawa. Makanan tersebut tidak hanya aneka takjil, tapi juga lauk pauk untuk makan malam.

Memang, dalam tradisi Minang, pada tahun awal perkawinan, menantu perempuan akan mengantar makanan dalam jumlah yang banyak.

Tentu, di awal usia perkawinan, menantu sengaja membawa banyak makanan dalam rangka menarik perhatian mertua. Apalagi, bila sang menantu berasal dari keluarga terpandang, akan gengsi bila membawa makanan ala kadarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline