Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) mendadak menjadi pusat perhatian dari berbagai media massa.
Selama ini, jarang terdengar kiprah Apdesi menjadi topik hangat. Mungkin karena pada struktrur pemerintahan, kepala desa berada pada lapisan terbawah.
Jadi, kalau berbicara tentang daerah, biasanya gubernur lah yang menjadi bintang, diikuti oleh bupati dan wali kota. Sedangkan camat, apalagi kepala desa, relatif tidak bergaung di level nasional.
Maka, jika Apdesi tiba-tiba ngetop, ini merupakan sebuah kejutan. Adalah acara Silaturahmi Nasional (Silatnas) Apdesi 2022 yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (29/3/2022), yang menjadi latar belakang kejutan tersebut.
Namun, yang jadi sorotan bukanlah acara silatnas itu sendiri. Justru pernyataan Ketua Umum Apdesi Surtawijaya yang mendukung wacana perpanjangan masa jabatan Presiden menjadi tiga periode, yang bikin ramai.
Agak sulit menebak, apakah pernyataan dukungan tersebut sudah diskenariokan oleh pihak tertentu, atau murni aspirasi masing-masing kepala desa.
Atau, apakah itu merupakan tafsiran para kepala desa terhadap aspirasi mayoritas warga desa yang dipimpinnya. Kalau betul aspirasi mayoritas masyarakat desa (bukan mayoritas kepala desa), maka ini cukup mengejutkan.
Soalnya, selama ini yang banyak bersuara soal politik tingkat tinggi, baik secara langsung, maupun di media sosial, adalah masyarakat perkotaan.
Adapun masyarakat desa, relatif jarang berbicara soal politik nasional. Perbincangan sesama mereka biasanya menyangkut soal kehidupan sehari-hari. Kalaupun berdiskusi soal politik, lebih banyak tentang politik lokal.
Nah, menarik untuk menduga-duga, bagi para kepala desa yang mendukung, kira-kira apa keuntungannya. Apa karena pada era Jokowi jumlah anggaran dana desa setiap tahunnya meningkat relatif besar?
Apdesi sendiri sebenarnya terbelah karena muncul pula suara yang menolak memberikan dukungan perpanjangan masa jabatan presiden.