Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Maafkan Aku Karena Belum Bisa Memaafkanmu

Diperbarui: 4 Mei 2022   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi meminta maaf|dok. Pixabay, dimuat liputan6.com

Momen lebaran merupakan momen yang identik dengan saling memaafkan antar anggota keluarga, antar sahabat, dan antar tetangga. Pokoknya, saling maaf antar sesama manusia.

Bagi saya secara pribadi, tidak masalah saya yang meminta maaf lebih dulu kepada orang yang lebih muda atau orang yang di kantor punya posisi di bawah saya.

Sedangkan atas perbuatan seseorang yang menyakitkan hati saya, biasanya tidak lama-lama saya pendam. Dalam hitungan jam, saya sudah memaafkannya, meskipun orang yang menyakitkan hati saya itu belum minta maaf.

Tapi, ada satu kejadian di masa lalu, yang membuat saya resah. Saya dianggap pernah berjanji oleh seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang akhirnya tidak terlaksana.

Saya sendiri tidak menganggap sebagai janji, karena dengan jelas saya mengatakan "Insya Allah". Artinya, apa yang saya rencanakan itu akan terlaksana hanya dengan izin Allah.

Saya sudah minta maaf pada orang tersebut dengan mengatakan berbagai alasan yang menurut saya logis. Hanya, di mata orang itu, alasan saya dianggap kurang tepat.

"Maafkan aku karena belum bisa memaafkanmu," itulah jawabannya atas permintaan maaf saya. Misalnya kalimat itu terucap dari seseorang kepada Anda, apa rekasi Anda?

Biar konteksnya lebih jelas, mungkin sebaiknya saya beri contoh. Umpamanya, Anda dianggap telah memberi harapan muluk kepada seseorang, yang anggap saja sahabat akrab Anda.

Apa contoh harapan muluk itu? Bekerja sama untuk sebuah bisnis yang sangat menjanjikan. Atau, Anda sebagai atasan pernah melontarkan kata-kata akan mempromosikan anak sahabat Anda yang kebetulan adalah anak buah Anda.

Contoh lain, dalam konteks hubungan dengan lawan jenis, Anda dianggap pernah menjanjikan akan menikahi seorang perempuan yang memang sangat berharap Anda menjadi suaminya.

Masalahnya, harapan muluk itu tidak terwujud, dengan menimbulkan salah persepsi di antara Anda dan sahabat itu. Anda memberi alasan yang tidak bisa diterima sang sahabat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline