Sewaktu saya dan beberapa orang teman bepergian dari Jakarta-Solo pulang pergi pada akhir minggu pertama Desember 2021 lalu, perjalanan sepenuhnya melewati jalan tol.
Jarak tempuhnya sepanjang 518 km dengan waktu tempuh sekitar 12 jam. Hal yang sama juga terjadi pada waktu pulangnya dari Solo ke Jakarta.
Waktu tempuh tersebut sudah termasuk berhenti dua kali di rest area untuk ke toilet, salat, makan, dan mengisi bahan bakar.
Untuk ruas Jakarta-Cirebon dan berlanjut dari Cirebon hingga Batang, sebetulnya sudah lebih lama beroperasi. Sedangkan yang lebih baru adalah ruas Batang-Semarang dan Semarang-Solo.
Ruas-ruas tersebut di atas semuanya saling terhubung dan menjadi bagian dari jalan tol Trans Jawa, yang menghubungkan Pelabuhan Merak di Banten hingga Ketapang di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sejauh 1.240 km.
Sampai sekarang yang sudah beroperasi sejauh 1.056 km. Dua kota terbesar di tanah air, Jakarta dan Surabaya sudah terhubung jalan tol tanpa terputus.
Memang ada perbedaan operator di setiap ruas, sehingga kendaraan yang melewatinya terpaksa beberapa kali membayar ongkos tol. Ke depan, sebaiknya secara sistem bisa disiasati agar pengguna jalan tol hanya sekali saja membayar yakni saat keluar tol.
Menarik mengamati beberapa rest area dari Cirebon ke Semarang atau sebaliknya. Saya memperhatikan masjid yang ada di beberapa rest area, dan banyak yang dibangun dengan arsitektur yang unik.
Salah satu keunikan yang saya maksud, masjid-masjid tersebut sengaja dibuat tanpa kubah. Padahal, selama ini masjid identik dengan kubah dan menara.
Sebagai contoh, di KM 379 A (Huruf A di belakang angka kilometer menunjukkan dari jalur dari barat ke timur, dan B untuk jalur timur ke barat).