Apakah Wapres Ma'ruf Amin berlebihan dalam menilai pelaksanaan PON Papua? Wapres kemaren malam (Jumat, 15/10/2021) telah menutup secara resmi perhelatan akbar olahraga nasional itu di Stadion Lukas Enembe, Jayapura.
Dalam memberikan kata sambutannya, Wapres sangat mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaran PON tersebut, terutama Pemprov Papua.
Apalagi, PON berlangsung di masa yang sulit, saat pandemi Covid-19 yang meskipun grafiknya sudah melandai, tapi masih saja terjadi penambahan kasus baru.
Salah satu kalimat yang disampaikan Wapres adalah menyangkut semboyan PON Papua "torang bisa" yang menjadi penyemangat.
Kata Wapres lagi, semboyan itu bukan sekadar semboyan, namun juga terbukti. Bahkan, bukan hanya sekadar torang bisa, tapi warga Papua berhasil menyelenggarakannya dengan sempurna.
Nah, kata "sempurna" itulah yang perlu digarisbawahi dan menjadi pertanyaan di awal tulisan ini. Terlalu berlebihankah?
Sempurna kalau diartikan tanpa ada noda setitik pun, rasanya bukan seperti itu maksud Wapres Ma'ruf Amin.
Bukankah pepatah mengatakan "tak ada gading yang tak retak"? Maksudnya, segala sesuatu pasti ada saja kekurangannya.
Tapi, bila kita ingat pelajaran di sekolah tentang pembulatan, maka pecahan di atas 0,5 akan dibulatkan ke atas, sedangkan di bawah 0,5 dibulatkan ke bawah.
Siapa tahu, mungkin saja Wapres memberi nilai 9,51 atas pelaksanaan PON Papua. Artinya, dapat dibulatkan jadi 10, sehingga menjadi sebuah nilai yang sempurna.
Kalau betul seperti itu, lalu apa "noda" yang terjadi selama PON berlangsung, yang nilainya sebesar 0,49?