Saya sudah berkunjung ke Jayapura, ibu kota provinsi Papua, sebanyak 3 kali, yakni pada tahun 2005, 2010 dan 2015.
Kebetulan saja saya ke sana seperti diatur setiap 5 tahun, padahal tidak dirancang secara khusus. Tapi, semuanya memang berkaitan dengan tugas kantor.
Jika terbang dari Jakarta ke Jayapura dengan biaya pribadi, untuk ukuran kantong saya, terasa sekali mahalnya.
Tidak hanya mahal, tapi juga lumayan lama dalam pesawat terbang. Ketika itu saya berangkat sekitar sekitar jam 11 malam WIB dan sampai di Jayapura sudah pagi hari, dengan catatan transit di Makassar selama sekitar 1 jam.
Tidak heran kalau banyak orang mengatakan lebih efisien bila berwisata ke Singapura atau Malaysia ketimbang menyambangi negeri sendiri, tapi di ujung timur.
Tapi, setelah saya pikir-pikir, terutama bagi yang punya kemampuan ekonomi, sesekali ada baiknya jalan-jalan ke Papua, pasti tidak akan menyesal melihat keindahan alamnya.
Tentu, bila masih dalam kondisi pandemi Covid-19 belum berakhir, mereka yang bepergian mutlak harus mematuhi protokol kesehatan dan menunjukkan dokumen lain yang dipersyaratkan oleh pihak bandara.
Apa yang saya lihat di Jayapura dan sekitarnya, terutama pada kunjugan saya yang terakhir, saya menyimpulkan bahwa kota Jayapura adalah kota yang maju.
Jayapura tidak kalah dengan banyak ibu kota provinsi lainnya di negara kita. Secara kasatmata, hal itu terlihat dari mulai banyaknya gedung tinggi di atas 7 lantai.
Jumlah hotel, mal, gerai makanan dengan merek terkenal, relatif banyak. Pokoknya, apa yang biasanya ada di kota besar, di Jayapura juga tersedia.