Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Gaya Operasi Senyap dalam Perjodohan, Acuh tapi Butuh

Diperbarui: 24 Mei 2021   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pasangan (Envato Elements)

Setahu saya, hingga zaman canggih sekarang ini, perjodohan dalam rangka menemukan pasangan hidup, masih banyak dilakukan. Hanya saja, sering perjodohan tersebut dilakukan dengan model "operasi senyap", sehingga hanya segelintir orang yang tahu.

Kenapa disebut operasi senyap? Karena pada dasarnya anak sekarang alergi dengan istilah perjodohan. Dengan tingkat pendidikan yang lebih baik dari generasi terdahulu, anak sekarang merasa sudah bukan zamannya lagi mencari istri atau suami melalui perjodohan.

Padahal, justru semakin tinggi pendidikan seseorang, adakalanya membuat semakin sulit menemukan jodoh. Seorang teman saya punya anak gadis seorang dokter yang telah berusia 32 tahun.

Sudah beberapa kali teman saya itu berjuang menjodohkan anaknya dengan anak kerabat atau anak sahabatnya. Tapi, apa boleh buat, memang dasar belum jodoh, usahanya itu masih belum membuahkan hasil. 

Entah sudah berapa kali foto anak gadisnya itu dikirimkan ke kerabat atau temannya, dan sekian kali pula ia menerima foto lelaki yang juga dikira akan cocok untuk menjadi calon suami anaknya.

Tapi, jangan mengira perjodohan yang dirancang teman itu bergaya zaman Siti Nurbaya, di mana si anak patuh saja meskipun tidak suka dengan orang yang dijodohkan dengannya. Perjodohan di zaman sekarang hanya semacam pintu gerbang untuk berkenalan. 

Jadi, jika dari foto yang diterima, dua orang yang akan "diadu" itu tertarik untuk berkenalan, mereka akan diatur untuk bertemu dan ngobrol-ngobrol. Selanjutnya tergantung pada kesan dari pertemuan pertama itu.

Atau, bisa juga meminta dua orang yang dirancang untuk berkenalan itu, saling kontak melalui bertukar pesan pendek via telpon selular masing-masing.

Jika kedua-duanya merasa tidak nyambung, atau satu pihak merasa oke, namun pihak lain tidak oke, ya tidak ada lagi kontak atau pertemuan berikutnya. Sesederhana itu.

Itulah yang terjadi pada gadis yang dokter yang saya contohkan di atas. Ada yang baru saling melihat foto saja, terus langsung kurang sreg. Ada yang kandas setelah chatting awal di media sosial. Ada yang kandas setelah kopi darat pertama.

Kandas maksudnya setelah itu tidak ada kabar berita, sehingga patut ditafsirkan bahwa salah satu pihak atau kedua-duanya tidak cocok untuk melanjutkan ke jenjang pelaminan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline