Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Seringlah Berbuat Baik kepada Orang Lain dan Segera Lupakan

Diperbarui: 14 Mei 2021   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. kompas.com

Berakhir sudah bulan suci Ramadan tahun ini. Bagi umat Islam, tak berlebihan bila disebutkan bahwa bulan puasa merupakan masa penggemblengan diri. Hasil yang diharapkan adalah munculnya manusia "baru" dengan  perilaku keseharian yang lebih baik ketimbang sebelum digembleng.

Perilaku keseharian tersebut mencakup hubungan dengan Sang Pencipta dalam bentuk ibadah dan juga hubungan sesama manusia. Rajin beribadah namun masih sering menyakiti perasaan orang lain, belum bisa disebut sebagai pribadi yang lebih baik.

Jadi, pertanyaan seberapa sering seseorang telah berbuat baik kepada orang lain, menjadi salah satu indikator yang menentukan kualitas penggemblengan yang telah dilakukannya selama berpuasa.

Hubungan antar sesama ini menarik untuk diamati karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri. Orang yang hartanya berlimpah pun tetap perlu berinteraksi dengan orang lain.

Justru semakin berlimpah harta seseorang, ia perlu bantuan banyak orang untuk menjaga hartanya tersebut. Ia juga perlu pengawal, pengemudi, asisten rumah tangga, tukang kebun, dan sebagainya.

Juragan yang baik akan didoakan banyak orang. Semakin sering ia berbuat baik, rezekinya semakin bertambah. Sebaliknya, juragan yang tidak baik, umpamanya sering marah-marah ke anak buahnya, bisa jadi di belakang si juragan akan disumpahi. 

Baik atau tidak baik, bukan dilihat dari kacamata si pelaku kebaikan atau ketidakbaikan. Namun, justru baik atau tidaknya dilihat dari kacamata orang lain.

Jadi, jika seseorang mengaku demikian sering berbuat baik, bisa jadi ia tidak berbohong. Hanya saja, pengakuan itu lebih afdol bukan dari mulutnya sendiri.

Nah, dalam soal berbuat baik ini, kita bisa saja dalam posisi pemberi kebaikan kepada orang lain atau penerima kebaikan dari orang lain. Demikian pula dalam soal kesalahan, kita bisa sebagai pelaku yang berbuat salah pada orang lain, atau sebagai sasaran kesalahan dari orang lain.

Ada rumus yang sebetulnya gampang saja untuk diingat, dalam menyikapi kebaikan atau kesalahan tersebut.

Pertama, perbuatan baik kita ke orang lain, segera lupakan. Hal ini mencegah kita dari merasa berjasa atau mengharap balasan dari orang lain. Jadi, berbuat baik itu harus ikhlas tanpa pamrih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline