Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Tak Ada Parsel, Mentahnya Boleh Juga

Diperbarui: 9 Mei 2021   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi parsel lebaran. Foto: Alethea Pricila Sianturi/Kompas

Pada Kamis pagi (6/5/2021), sebelum ke kantor, saya singgah di bank tempat saya punya rekening tabungan yang terletak di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Tujuan saya untuk mentransfer uang ke beberapa orang yang nama dan nomor rekeningnya sudah saya kantongi.

Mungkin karena saya generasi lama yang tidak begitu cekatan menggunakan teknologi canggih seperti bertransaksi dengan internet banking, maka jika saya melakukan beberapa transaski dan secara total jumlahnya cukup lumayan menurut ukuran kantong saya, saya lebih suka dilayani teller bank.

Masalahnya, begitu saya sampai di lobi bank, saya terkaget-kaget melihat nasabah yang lagi antre demikian panjang yang berbaris di dua jalur. Untung saja ada satpam yang mengawasi antrean, sehingga protokol kesehatan tetap dijaga.

Saya merasa terbantu ketika ditanya oleh satpam apa keperluan saya. Begitu saya menjawab mau mentransfer, saya langsung disuruh masuk. Ternyata mereka yang antre punya tujuan lain, yakni menukarkan uang. 

Baru saya ingat, bahwa sudah mendekati lebaran, uang pecahan kecil dalam kondisi baru, yang nomor serinya masih urut dalam satu bundel, dibutuhkan banyak orang. Biasanya uang tersebut dibagikan pada anak-anak, keponakan, atau kerabat yang bertemu saat lebaran.

Sebetulnya saya pun juga punya kebiasaan yang sama. Cuma, stok uang baru pecahan kecil saya pada lebaran tahun lalu, masih lumayan sisanya, dan dugaan saya cukup untuk memenuhi kebutuhan lebaran tahun ini.

Karena saya tidak ikut antre, alhamdulillah, saya langsung dilayani oleh salah seorang teller, sehingga urusan saya di bank tersebut cepat selesai.

Adapun orang yang saya kirimi uang, sebagian berdomisili di Jabodetabek, dan sebagian di kampung halaman saya, Sumatera Barat. 

Terhadap yang tinggal di Jabodetabek, saya sengaja memilih mentransfer uang sebagai bingkisan lebaran, meskipun ada alternatif lain yakni mengirim parcel.

Sedangkan bagi mereka yang tinggal di luar daerah, mengirim parcel menurut saya menjadi kurang praktis. Selain karena ongkos kirim yang relatif mahal, sampainya barang di alamat tujuan bisa berhari-hari, dan itu pun ada risiko kerusakan barang di perjalanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline