Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Pamer Ibadah di Media Sosial, Ingin Menginspirasi atau Butuh Dipuji?

Diperbarui: 7 Mei 2021   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. islami.co

Meskipun saya terbilang lancar kalau menulis, tapi tidak demikian kalau berbicara. Contohnya, bila lagi kumpul-kumpul dengan teman-teman, saya lebih banyak diam. Biarlah teman lain yang mendominasi pembicaraan, saya cukup nimbrung sekadarnya.

Namun, bila saya lagi berkumpul secara sangat terbatas dengan dua atau tiga orang saja yang juga rada pendiam, saya tak sungkan untuk lebih banyak bersuara. Tapi, tetap saya akan meminta tanggapan teman-teman atas apa yang saya omongkan.

Demikian juga perilaku saya di media sosial, mirip dengan saya di dunia nyata. Jika saling berkomentar di grup, relatif jarang saya laukan. Saya baru nongol sebentar jika mengucapkan belasungkawa atau mendoakan bila ada teman yang lagi sakit. 

Atau, saya akan muncul ketika semua anggota grup mengucapkan selamat lebaran atau mengucapkan selamat ulang tahun kepada seorang anggota yang lagi berulang tahun.

Tapi, jika ngobrol di media sosial secara japri atau melibatkan segelintir orang saja, saya bisa menghabiskan waktu lama. Namun, itupun kalau topiknya saya sukai atau saya anggap penting.

Nah, paparan berikut ini bukan tentang bagaimana saya bermedia sosial. Saya mencoba menuliskan pandangan saya atas postingan orang lain di media sosial. Karena sekarang lagi dalam bulan suci Ramadan, saya khususkan pada soal pamer ibadah di media sosial.

Pada hakikatnya, ibadah bersifat personal, artinya tidak perlu diketahui orang lain, apalagi untuk menuai pujian. Masalahnya, adakalanya seseorang yang sudah menyatu dengan media sosial, secara otomatis memposting aktivitasnya beribadah.

Maka, jangan heran begitu banyak bertebaran foto atau video orang yang lagi berbagi santunan kepada anak yatim, lagi ikut pengajian, atau saat umroh di tanah suci. 

Sekali diposting, foto atau video itu menjadi milik publik. Berbagai komentar, terutama yang memuji, berpotensi membuat si pengirim terlena. Akhirnya, memposting ibadah di media sosial menjadi candu tersendiri di era sekarang.

Baik, kalau begitu, sebaiknya kita mulai menahan diri untuk tidak terlalu royal memposting foto atau video saat beribadah. Namun, perlu dicamkan, jangan pula sampai "mengharamkan" sama sekali memposting foto seperti itu.

Bukankah di sisi lain, ada semacam kewajiban kita untuk berdakwah, menyampaikan jalan kebenaran kepada orang lain? Mengirim foto atau video, dapat dilihat sebagai salah satu sarana yang menginspirasi orang lain untuk berbuat baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline