Tiba-tiba saya ingat Mas Gito, office boy (OB) di lantai 7 di sebuah gedung jangkung di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Lantai tersebut ditempati oleh pekerja divisi akuntansi, kantor pusat sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tempat saya lama mengabdi.
Baru jam 2 sore (padahal jadwal buka puasa sekitar jam 6 sore), Mas Gito sudah mendatangi meja satu persatu karyawan. Ia bertanya apakah akan ikut lembur dan kalau lembur mau pesan apa untuk berbuka puasa?
Kedatangan Mas Gito di meja saya memang selalu saya tunggu-tunggu. Tapi, saya biasanya ingin didaftar pada nomor-nomor terakhir. Soalnya, saya ingin meneliti dulu daftar pesanan teman-teman, sebelum menentukan pilihan sendiri.
Memang, tak gampang bagi saya menentukan pilihan. Tentu saya ingin makanan yang jarang saya rasakan dan diperkirakan memenuhi ekspektasi selera saya.
Boleh dikatakan terlalu banyak pilihan yang tersedia, karena Mas Gito akan mencarinya ke Pasar Bendungan Hilir (Benhil) yang memang terkenal sebagai salah satu sentra penjualan takjil di Jakarta. Sedangkan kantor saya terletak dekat sekali dari Pasar Benhil.
Aturan tidak tertulis di divisi tempat saya mengabdi cukup menjadi daya tarik bagi pekerja yang lembur. Kenapa saya sebut aturan tidak tertulis? Karena kebijakan masing-masing divisi (tentu sepengetahuan kepala divisiya) berbeda-beda.
Bila mengacu pada kebijakan tertulis yang berlaku bagi semua pekerja, honor lembur sangat kecil dan itupun hanya diberikan pada pekerja kelompok pelaksana. Adapaun kelompok staf ke atas tidak mengenal honor lembur, karena penyelesaian pekerjaan yang masuk job description-nya, sudah menjadi taggung jawab masing-masing.
Salah satu daya tarik bagi karyawan yang lembur adalah bebas memilih menu tanpa ada batas harga maksimal, yang penting dikira-kira saja sendiri, apakah mampu menghabiskan makanan yang dipesan untuk 1 orang.
Artinya, jumlah yang dipesan adalah jumlah yang wajar untuk 1 orang, tak boleh sengaja memesan banyak karena sebagian akan dibawa pulang untuk anak istri di rumah.
Nah, khusus bulan puasa, ada keistimewaan, karena masing-masing boleh memesan makanan untuk berbuka puasa yang lazim disebut takjil dan makanan utama. Itulah yang membuat saya penuh pertimbangan dalam menentukan pilihan, dan ingin menyontek pilihan teman yang paling maknyus.
Sekadar apa yang saya ingat saja, untuk takjil pilihannya antara lain bubur kampiun, kolak pisang, serabi, kue lupis, aneka gorengan, aneka cemilan tradisional, martabak, dan sebagainya.