Sejak masih duduk di bangku SD, saya sudah menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya belajar membuat karangan. Beberapa kali saya menang lomba mengarang antar sekolah di kota kelahiran saya, Payakumbuh, Sumatera Barat.
Sungguh, kegiatan menulis yang saya niatkan sebagai penyaluran hobi semata-mata, tanpa saya duga, menjadi salah satu faktor pendukung perjalanan karier saya di kantor pusat sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Semua itu berawal dari dimuatnya tulisan saya di media cetak. Sebetulnya, saat kuliah, tulisan saya sudah beberapa kali muncul di koran Haluan, sebuah koran lokal terbitan Padang.
Tapi, tonggak sejarah yang paling berkesan dalam perjalanan kepenulisan saya terjadi pada tahun 1988, saat tulisan saya pertama kali menembus koran paling berpengaruh di Indonesia, Kompas.
Ketika itu saya masih anak bawang di kantor, karena baru sekitar beberapa bulan menjadi karyawan tetap (setelah pada tahun sebelumnya masih sebagai karyawan tahap percobaan).
Seperti yang telah saya sebut di atas, Kompas adalah media berpengaruh, karena dibaca oleh banyak orang, terutama para pejabat dan orang kantoran. Maka, tulisan saya di Kompas mampu mencuri perhatian para petinggi di perusahaan tempat saya bekerja.
Paling tidak, perhatian atasan langsung saya mulai terlihat dengan mengucapkan selamat kepada saya sambil tanya-tanya bagaimana teknis mengirim artikel ke media cetak.
Saya menulis topik yang secara tidak langsung berkaitan dengan bidang tugas saya di kantor, atau dengan bisnis yang digeluti perusahaan tempat saya bekerja. Tentu hal ini menjadi daya tarik bagi rekan kerja dan atasan saya.
Sejak itu, atasan saya menugaskan saya untuk menulis draft surat edaran (SE), semacam petunjuk tertulis yang setelah ditandatangani direksi perusahaan, nantinya menjadi pedoman kerja semua kantor (kantor pusat, kantor wilayah, kantor cabang, kantor cabang pembantu) di lingkungan perusahaan tempat saya bekerja.
Karena saya bertugas di divisi akuntansi, tentu SE-SE yang saya susun, berkaitan erat dengan bidang akuntansi dan keuangan.
Dengan perhatian atasan yang lebih besar, saya menikmati keuntungan, karena relatif cepat dipromosikan ketimbang teman-teman saya satu angkatan. Bahkan, saya akhirnya harus pintar-pintar membawa diri karena menjadi atasan bagi beberapa senior saya di divisi akuntansi.