Di balik pertumbuhan ekonomi nasional yang negatif pada tahun 2020 lalu karena dihantam badai pandemi Covid-19, masih terselip beberapa indikator yang memperlihatkan kemajuan yang signifikan.
Sebagai contoh, Kompas (3/4/2021), pada rubrik Konsultasi Investasi, memaparkan data bahwa pada tahun 2020, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 1.695.268 Single Investor Identification alias meningkat 53,47 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal tersebut linear dengan pertumbuhan investor Surat Berharga Negara (SBN) dari Kementerian Keuangan dan juga penambahan investor emas di lembaga pegadaian.
Artinya, secara individual, semakin banyak yang menginvestasikan dananya dengan membeli produk yang diperdagangkan di BEI, seperti saham dan obligasi. Demikian pula yang membeli SBN dan emas.
Jadi, di tengah meningkatnya jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), diperkirakan relatif cukup banyak warga yang masih punya dana.
Dana tersebut mungkin dipersiapkan buat berwisata ke luar negeri, untuk menyiapkan resepsi atau semacam itu, atau rencana lainnya yang akhirnya harus ditunda atau ditiadakan karena berlakunya pembatasan sosial.
Atau, bisa juga dana tersebut selama ini hanya parkir sebagai tabungan di bank. Nah, seperti diketahui, bunga tabungan bank setahun terakhir ini, menjadi yang terendah sepanjang sejarah, yakni di kisaran 1-2 persen per tahun. Itu belum dihitung dengan potongan pajak atas bunga dan biaya administrasi bank.
Bahkan, kalau pun ditempatkan sebagai deposito, hanya mendapat imbalan sekitar 3 persen per tahun. Maka, di tengah kondisi seperti itu, mereka yang punya dana, tentu harus memutar akal, mencari alternatif lain.
Di lain pihak, pihak-pihak yang terkait dengan investasi di BEI, lumayan gencar melakukan promosi. Program bertajuk "Yuk Nabung Saham" terbilang sukses dengan menyasar segmen mahasiswa dan mereka yang baru memasuki dunia kerja.
Dengan program tersebut, generasi milenial diyakinkan bahwa meskipun mereka belum punya uang banyak, tetap bisa jadi investor. Cukup dengan beberapa ratus ribu rupiah, sudah bisa membeli beberapa lot saham berkategori bluechip (unggulan) di BEI.
Tak kalah pula peranan teknologi informasi. Generasi milenial yang rata-rata sangat akrab perdagangan online, sudah bisa bertransaksi saham melalui gawai di tangan.