Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Laba Bank BUMN Anjlok, Pemerintah Tetap Minta Dividen

Diperbarui: 1 April 2021   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kementerian BUMN (Sumber: ANTARA Foto/APRILLIO AKBAR)

Bank-bank BUMN baru saja melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dengan agenda utama pengesahan perolehan laba masing-masing bank dan setoran dividen yang akan dilakukan sebagai bagian laba untuk pemilik.

Namanya juga perusahaan milik negara, maka tentu sebagian besar saham bank-bank BUMN dimiliki oleh negara. Namun, karena semua bank BUMN sudah go public, maka masyarakat, bahkan juga orang asing, yang menjadi pemegang saham, otomatis akan menikmati kucuran dividen.

Dividen BUMN sangat diperlukan pemerintah karena berfungsi sebagai salah satu sumber pemasukan negara. Memang, mengingat besarnya kebutuhan anggaran, apalagi di masa pandemi Covid-19 sekarang ini, jelas dividen tersebut fungsinya sekadar "penambal".

Sumber pemasukan negara yang utama tetap saja dari penerimaan pajak. Setelah ditambah dengan penerimaan lain, termasuk dividen itu tadi, karena ketekorannya masih banyak, mau tak mau tentu pemerintah memperbesar utang. 

Utang pemerintah tidak melulu bersumber dari luar negeri. Masyarakat banyak pun juga mengutangi pemerintah dengan membeli obligasi (surat utang) yang dikeluarkan pemerintah, sehingga si pembeli akan menerima penghasilan bunga obligasi yang lebih besar ketimbang deposito bank.

Kembali ke topik RUPST bank-bank BUMN, berikut ini dipaparkan besarnya dividen dari masing-masing bank. Bank BUMN yang pertama kali menggelar RUPST di tahun ini adalah Bank Tabungan Negara (BTN), yakni pada tanggal 10 Maret 2021.

BTN membukukan laba sepanjang tahun 2020 sebesar Rp 1,60 triliun. Angka ini secara nominal adalah yang terendah di antara semua bank BUMN. Tapi menjadi wajar mengingat BTN juga menjadi bank BUMN dengan aset terkecil.

Namun, ada pengecualian yang dialami BTN, karena satu-satunya bank BUMN yang mengalami peningkatan laba dibandingkan perolehan laba tahun 2019. 

Memang pada 2019 manajemen BTN melakukan "bersih-bersih" antara lain karena dampak kasus korupsi yang melanda bank yang expert dalam pembiaayaan perumahan itu. Sehingga, di tahun 2019 laba BTN hanya Rp 209 miliar.

Dengan laba 2020 yang lumayan, RUPST BTN juga menghasilkan pengecualian lainnya, karena menjadi satu-satunya bank BUMN yang tidak membagi dividen. Semua laba BTN dijadikan untuk memperkuat modal.

Dengan modal yang kuat, diduga pemerintah mengharapkan BTN akan lebih besar kapasitasnya dalam mengucurkan kredit perumahan. Khususnya, bagi masyarakat yang mengalami kendala finansial untuk membeli rumah yang tergolong rumah sederhana untuk ditempati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline