Pagi ini, begitu saya membuka Kompasiana, saya menemukan tulisan tentang self reward atau memberikan penghargaan pada diri sendiri, lumayan banyak. Rupanya, hal itu menjadi salah satu topik pilihan yang "ditantang" oleh pengelola Kompasiana.
Sejak pandemi melanda negara kita, rasanya saya cukup banyak dapat self reward karena pada dasarnya saya memang orang rumahan. Sejak memasuki dunia kerja lebih dari 30 tahun lalu, baru sekarang ini, saya yang begitu lama ngendon di rumah.
Bahkan, pada dua bulan pertama pandemi, saya betul-betul tidak ke mana-mana, tidak juga salat Jumat di masjid terdekat, cukup diganti dengan salat zuhur di rumah.
Setelah itu, paling tidak saya masih keluar untuk jalan kaki di sekitar rumah pada pagi hari, salat Jumat, ke kantor di hari tertentu, dan ke supermarket. Tentu dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Tapi, dihitung-hitung, jumlah jam saya di rumah jauh lebih banyak ketimbang di luar rumah, dan itu bagi saya sudah reward tersendiri. Soalnya, dengan di rumah itulah me time versi saya bisa terlaksana tanpa hambatan yang berarti, yang di antaranya adalah untuk berselancar di Kompasiana.
Membaca tulisan para kompasianer, memberi rating, memberi komentar, menulis, membalas komentar pembaca atas tulisan saya, semuanya saya anggap "rekreasi" saja, karena betul-betul menikmati.
Selain berkompasiana, membaca, menonton film, menonton televisi, terhubung dengan famili dan teman melalui media sosial, juga menjadi lebih sering saya lakukan ketimbang sebelumnya. Namun ada satu reward yang menurut saya spesial, yakni tidur siang barang 30 menit.
Tidur siang menjadi salah satu self reward versi saya yang betul-betul tidak bisa saya lakukan di kantor. Kalau sekadar mencuri waktu untuk sejenak melihat Kompasiana atau bermedia sosial, di kantor atau lagi dalam perjalanan pun, bisa saya lakukan.
Tapi, tidur siang tidak boleh kebablasan lama-lama. Saya sendiri, dari 30 menit yang saya alokasikan untuk tidur, yang betul-betul tertidur hanya 10-15 menit saja. Durasi sependek itu sudah sangat memadai, membuat saya segar kembali.
Seingat saya, dulu, di masa kecil saya sekitar akhir dekade 60-an hingga awal 70-an, tidur siang menjadi hal yang rutin dilakukan masyarakat, tidak hanya anak kecil seperti saya.
Paling tidak, itu yang saya lihat di Payakumbuh, Sumatera Barat. Ketika itu, para pegawai pada pukul 14.00 sudah pulang (tanpa ada istirahat jam 12.00 hingga 13.00 seperti sekarang), sehingga mereka masih sempat tidur siang.