Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Bukan Vegetarian, tapi Saya Penggemar Berat 8T

Diperbarui: 1 Februari 2021   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. theievoice.com

Bukan hanya gara-gara harga daging dan telur naik, sebetulnya gerakan yang menyarankan masyarakat untuk tidak lagi memakan daging dan telur, terlihat semakit menguat. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya rumah makan atau restoran yang tidak menyediakan daging.

Dalam hal ini, tentu yang disasar oleh restoran seperti itu adalah mereka yang tergolong vegetarian atau vegan. Bagi yang belum tahu, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui apa persamaan dan perbedaan antara vegetarian dan vegan.

Secara umum, banyak yang menyamakan vegetarian dan vegan. Tidak salah juga, karena memang keduanya sama-sama tidak makan daging hewan. Tapi bila dilihat lebih rinci, vegetarian masih mentolerir untuk mengkonsumsi produk turunan hewan, seperti telur, susu, keju, mentega, dan yogurt.

Nah, yang sama sekali tidak memakan daging hewan dan produk turunan hewani, itu yang disebut vegan. Jadi, jika ada restoran yang masih menyediakan telur dan susu, tapi tak lagi menyediakan daging hewan, maka yang disasarnya adalah kaum vegetarian.

Saya sendiri bukan vegetarian, dan sudah pasti juga bukan vegan. Tapi, bila boleh mendefinisikan diri sendiri, saya termasuk yang mengarah ke vegetarian. Saya masih sesekali makan nasi dengan lauk daging ayam, kemudian lebih jarang lagi mengkonsumsi daging sapi (itupun berupa bulatan daging bakso yang relalatif empuk). 

Ketidaksukaan saya terhadap daging, di samping bertujuan menjaga kesehatan (takut kegemukan, takut meningkatkan kolesterol), terutama juga karena faktor usia. Jujur, gigi saya sudah tidak begitu "melawan", dan yang bikin kesal, setelah makan saya harus mencari tusuk gigi untuk membuang daging yang lengket di sela-sela gigi.

Tapi, saya tidak bisa menghindar dari produk turunan hewan karena relatif sering makan nasi dengan lauk telur, seperti telur rebus, telur goreng balado, telur dadar, atau telur ceplok. Sedangkan produk susu, keju, mentega, atau yogurt, tidak sering saya konsumsi.

Kalau begitu, apa yang sering saya makan sebagai temannya nasi? Secara kebetulan, hampir semua jenis makanan yang saya sukai, diawali oleh huruf "t". Saya hitung-hitung, paling tidak ada 8 jenis makanan dengan huruf awal "t" yang sering saya makan.

Pertama, lauk dengan bahan utama diolah dari tahu. Contohnya, tahu goreng, tahu goreng balado, tahu goreng tepung, sayur tumis tahu, tahu gulai, pepes tahu, dan sebagainya. Sering pula saya makan bakso dengan menambahkan tahu ke dalam mangkok.

Kedua, lauk berbahan utama terbuat dari tempe. Ini juga dengan jenis yang relatif mirip dengan tahu di atas. Bahkan, tidak jarang tahu dan tempe dicampur dan disajikan dalam satu piring. 

Ketiga, lauk yang diolah dari terung atau terong. Saya paling suka terung yang diuapi dicampur sambalado khas Padang. Goreng terong balado juga nikmat. Saya juga menyukai sayur lodeh yang biasanya berisikan terung, kacang panjang dan tempe.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline