Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Sensitifnya Suami yang Baru Pensiun, Istri Perlu Hati-hati

Diperbarui: 25 Maret 2021   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi suami baru pensiun (Sumber: www.zeebis.com)

Tanpa sengaja saya menguping pembicaraan antar dua orang ibu rumah tangga. Ibu yang satu, punya suami yang baru satu tahun pensiun, dulunya seorang pegawai negeri di Pemprov DKI Jakarta. Ibu yang satu lagi, suaminya sudah 5 tahun pensiun, juga mantan pegawai negeri di kantor suatu Pemkab di daerah Jabar.

Ceritanya, si ibu yang lebih muda lagi curhat tentang suaminya yang sangat sensitif sejak memasuki masa pensiun. Jika suaminya bertanya, dijawab sang istri dengan volume suara normal, suaminya tidak mendengar secara jelas. 

Lalu, si suami bertanya lagi, dan sang istri menjawab dengan volume lebih keras. Eh, gak taunya si suami langsung emosi, mengira istrinya marah dan tidak sopan. 

Yang menarik bagi saya adalah tanggapan si ibu yang lebih tua. Katanya, itu memang tabiat lelaki yang pensiun, karena ia telah mengalami hal yang sama. Intinya, menurut si ibu yang lebih tua ini, suami yang memasuki masa pensiun menuntut lebih diperhatikan dari biasanya.

Sebagai lelaki yang juga relatif belum lama memasuki masa pensiun (meskipun kemudian masih punya pekerjaan secara part time), saya mencoba mencerna pembicaraan dua orang ibu di atas, dan mengembalikannya pada pengalaman saya sendiri.

Bagi seorang pensiunan yang mantan pejabat dan ketika menjabat menerapkan gaya kepemimpinan yang cenderung feodal, dalam arti sangat menikmati bagaimana dihormati banyak orang, sangat mungkin ketika pensiun menjadi pribadi yang sensitif.

Tapi, bila saat menjabat, si suami bergaya tidak ngebos, menurut saya, begitu ia memasuki masa pensiun, tidak terlalu down

Gaya tidak ngebos yang saya maksud, contohnya, lebih suka membawa tas kerja sendiri, bukan dibawakan oleh ajudannya. Juga, membuka dan menutup pintu mobil saat naik atau turun kendaraan, bukan dibukakan oleh pengawalnya.

Ilustrasi pasangan yang sudah pensiun dan meikmati hidup bersama (Sumber: www.shutterstock.com)

Memang, bila di kantor serba dilayani, serba dihormati, seorang suami akan shock begitu pensiun, tidak lagi menerima "kemewahan" seperti itu. 

Lalu, bila si istri juga ikut-ikutan berbicara dengan gaya lebih keras, dapat dibayangkan, si suami akan merasa terpuruk, merasa tidak lagi dihargai istrinya sendiri.

Justru, di saat-saat seperti itu, seorang istri perlu lebih sering menemani suaminya. Tidak sekadar menemani, tapi juga melayani, tapi bukan dalam arti seperti asisten rumah tangga terhadap juragannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline