Meskipun kampanye bertajuk "Yuk Nabung Saham" (selanjutnya disingkat YNS) lumayan gencar dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak beberapa tahun terakhir ini, sebetulnya masih banyak masyarakat umum yang belum memahami sepenuhnya apa yang disebut dengan saham.
Meskipun demikian, program YNS bukannya tidak berhasil. Paling tidak, dilihat dari jumlah investor di BEI per 19 November 2020 sudah mencapai 1.503.682 akun, sebagaimana yang ditulis bisnis.com (6/12/2020). Jelas terdapat peningkatan yang signifikan mengingat sebelum ada kampanye YNS, jumlah akun belum sampai 1 juta.
Hanya saja, bila membandingkan dengan jumlah akun atau rekening simpanan masyarakat di perbankan, maka jumlah investor saham masih jauh tertinggal. Artinya, mungkin masih banyak anggota masyarakat yang belum memahami, bukan karena tidak memiliki uang, karena buktinya simpanan masyarakat di perbankan tetap tumbuh.
Jika dicermati, tujuan program YNS adalah meningkatkan literasi keuangan dengan menekankan sisi sosialisasi pada masyarakat banyak, terutama generasi muda, termasuk edukasi di sekolah-sekolah dan kampus-kampus.
Selain literasi, tujuan lainnya adalah bersifat inklusi dengan menekankan pada sisi eksekusi. Dalam hal ini, kelompok yang sudah diberikan materi edukasi, diajak melakukan simulasi bertransaksi dengan membeli dan menjual saham.
Biasanya, setelah melakukan simulasi, sebagian peserta tertarik untuk membuka akun sesungguhnya di perusahaan sekuritas yang dipilihnya. Perusahaan sekuritas adalah perantara dalam jual beli saham.
Ada dua keuntungan yang diharapkan dengan membeli saham, yakni keuntungan bila nanti saat dijual lagi, harganya lebih tinggi dari harga beli semula. Keuntungan yang kedua, bila saham ditahan dalam jangka panjang (melewati satu tahun), akan mendapat pembagian keuntungan yang disebut dengan dividen dari manajemen perusahaan yang sahamnya dimiliki seseorang.
Adapun risikonya adalah bila harga saham yang dimiliki harganya mengalami penurunan, sehingga rugi kalau dijual. Bisa juga saham seperti ini ditahan dulu, karena ada kemungkinan nantinya harga saham tersebut naik lagi. Namun, bisa juga harganya makin anjlok, sehingga mau menjual atau menahan perlu pertimbangan yang matang.
Perlu diingat, yang boleh membeli saham di BEI tidak hanya WNI, tapi juga investor asing. Malah, hingga sekarang, jumlah dana yang digelontorkan investor asing ke BEI masih dominan. Hal ini sangat riskan, jika investor asing ramai-ramai melepas saham yang dimilikinya, harga saham akan rontok.
Makanya, memperbanyak jumlah investor domestik menjadi penting artinya, agar pergerakan harga saham tidak terlalu bergantung pada aksi investor asing. Selama ini, jika investor asing memburu saham tertentu di BEI harga akan naik relatif tinggi dan hal yang sebaliknya ketika mereka keluar dari BEI.
Dalam kampanye YNS, sengaja dipakai istilah "nabung saham" agar tidak terkesan membeli saham itu butuh dana besar. Memang, kalau mengacu pada terminologi bahwa yang disebut saham tersebut adalah tanda bukti kepemilikan dari suatu perusahaan, tentu kesannya sangat wah dan hanya orang yang kekayaannya berlimpah yang punya.