Pilgub Sumbar kali ini ujian sesungguhnya terhadap kecintaan mayoritas urang awak terhadap Partai Gerindra. Pada pileg 2019 lalu, Gerindra menjadi pemuncak sehingga menempatkan banyak kadernya di DPRD Sumbar.
Bahkan, Gerindra tidak perlu bantuan partai lain, bisa mengusung sendiri paslon untuk gubernur dan wakil gubernur. Maka, Nasrul Abit, kader Gerindra yang juga wakil gubernur saat ini, diusung menjadi cagub, dipasangkan dengan Indra Catri, Bupati Agam, sebagai cawagub.
Nasrul-Indra langsung digadang-gadang akan menjadi pemenang, mengingat posisinya yang sudah berpengalaman sebagai wakil gubernur (gubernur saat ini Irwan Prayitno tidak boleh lagi mencalonkan). Jadi, Nasrul bisa juga dibilang sebagai petahana.
Alasan lain yang membuat Nasrul optimis tentu saja karena menduga masyarakat masih menyukai Gerindra. Jangan lupa, pada pilpres 2019 lalu, Prabowo menang telak di Sumbar, dengan persentase yang mencengangkan, yakni 85,95 persen.
Sekrang, posisi Gerindra sudah berbalik arah, menjadi bagian dari koalisi pendukung Jokowi dengan masuknya Prabowo di kabinet. Jadi, wajar saja memunculkan pertanyaan, masih besarkah cinta warga Sumbar terhadap Gerindra? Itulah yang akan dijawab dari pilgub kali ini.
Tapi, apakah dengan posisi sebagai wakil gubernur, akan menguntungkan bagi Nasrul? Nah, ini juga satu persoalan bagi yang suka hal-hal berbau mitos. Soalnya, sejak era reformasi, belum pernah yang namanya wakil gubernur di Sumbar berhasil naik pangkat jadi gubernur, seperti berhadapan dengan "kutukan".
Marlis Rahman, mantan rektor Universitas Andalas yang kemudian jadi wakli gubernur saat Gamawan Fauzi menjadi Gubernur, pada tahun 2010 menjadi cagub dan kalah dari Irwan Prayitno, calon dari PKS yang akhirnya menjadi gubernur dua periode hingga saat ini.
Setelah itu, Muslim Kasim, Bupati Padang Pariaman yang kemudian jadi wagub di periode pertama Irwan Prayitno (2010-2015) maju menjadi cagub pada pilkada 2015, juga mengalami kekalahan.
Hanya saja, masak di zaman canggih sekarang ini masih ada yang percaya mitos? Di mana letak rasionalitasnya? Maka, Nasrul-Indra tetap difavoritkan memenangi pilkada. Alasannya itu tadi, karena nama besar Gerindra dan Prabowo.
Kuda hitam yang mungkin menghentikan langkah Nasrul-Indra adalah paslon Mulyadi-Ali Mukhni yang diusung Partai Demokrat dan PAN. Tadinya PDIP ikut mengusung Mulyadi, tapi setelah ada "kecelakaan" pernyataan Puan Maharani soal harapannya agar Sumbar mendukung Pancasila, Mulyadi mengembalikan dukungan PDIP tersebut.
Lalu, setelah pilkada usai Rabu (9/12/2020) kemarin, seperti apakah hasilnya? Ternyata dua paslon yang bersaing adalah calon yang diusung PKS-PAN, Mahyeldi-Audy, dan paslon Nasrul-Indra. Perolehan suaranya meninggalkan dua paslon lainnya, Mulyadi-Ali Mukhni dan Fakhrizal-Genius Umar.