Harus diakui, cara pelayan di restoran yang terdapat di mal-mal agar pengunjungnya memesan makanan dalam jenis yang banyak, sungguh lihai. Tidak terkesan menggiring, malah seolah-olah membantu pengunjung.
Contohnya, anggap saja ada seorang pelanggan yang sudah menjatuhkan pilihan mau memesan 1 porsi nasi, 1 potong ayam goreng bagian dada, 1 porsi sop, dan 1 botol air mineral. Eh, oleh si mbak pelayan, si pelanggan digoda dengan menawarkan, kenapa tidak memesan yang paketan? Ada paket 1, paket 2, paket 3, bapak tinggal pilih, kata si mbak.
Kebetulan di paket 1 ada juga nasi, sop, dan ayam bakar, malah ditambah dengan goreng tempe dan kerupuk, tapi minumannya diganti dengan teh dalam kemasan. Harganya lebih mahal dari pesanan semula, tapi kata si mbak tetap jatuhnya lebih murah, karena kalau semua komponen dalam paket 1 dipesan secara satuan, jatuhnya lebih mahal.
Itupun setelah si pelanggan memutuskan memilih paket 1, si pelayan dengan ramah kembali mengatakan: "oh ya, kita ada menu baru yang langsung laris, yakni ayam bakar pakai saus istimewa, porsinya kecil saja kok, mungkin bapak mau mencoba? Mumpung masih harga promosi."
Ya, begitulah gaya mbak-mbak yang berwajah manis dan perilakunya sopan dalam meningkatkan omzet penjualan di tempatnya bekerja. Tentu saja itu berkat pelatihan yang diterimanya saat mulai bekerja dan selalu dievaluasi oleh supervisor-nya. Intinya, sisi psikologis konsumen harus dimainkan tanpa disadarinya.
Cara seperti ini sudah jamak di berbagai restoran kelas menengah ke atas. Bahkan, cara pelayan tersenyum saja ada standarnya dan dilatih secara khusus. Apa boleh buat, persaingan usaha yang semakin ketat, menuntut pelayanan terhadap konsumen harus dinomorsatukan.
Kembali ke paket hemat atau sering disingkat "pahe", istilah ini memang sangat dahsyat dampaknya, ibarat mantra dalam bisnis makanan siap saji. Foto makanan setiap paket dalam ukuran besar sengaja dipajang di dekat tempat pemesanan makanan, sehingga langsung menyedot perhatian pelanggan.
Foto tersebut dibuat secara profesional oleh ahlinya, sehingga terkesan lebih menggoda selera ketimbang tampilan aslinya. Pelanggan yang bingung mau memesan menu apa, sangat terbantu dengan foto-foto tersebut.
Namun demikian, Fenomena melimpahnya paket hemat di tempat makan, sebaiknya disikapi secara hati-hati oleh konsumen. Kalau bagi si penjual, ya sah-sah saja, namanya juga berusaha. Melimpah di sini maksudnya begitu banyak paket yang diciptakan dan begitu banyak tempat makan yang menerapkannya.
Selain itu, melimpah tersebut juga berarti makanan dalam satu paket betul-betul melimpah dalam arti sesungguhnya. Karena di-bundling dengan berbagai jenis makanan dan minuman, kesannya waktu dihidangkan oleh pelayan atau dibawa sendiri oleh pelanggan dengan sistem swalayan, terlihat melimpah dan menggunung.
Apakah pelanggan akan mampu melahapnya sampai habis? Beberapa pelanggan berpostur besar dan tambun, mungkin mampu. Tapi bagi mayoritas pelanggan, gampang ditebak, akhirnya sebagian berujung di tong sampah. Jadi, kalau dihitung ulang, dari sudut pandang pelanggan, paket yang dikatakan hemat itu, sama sekali tidak hemat, malah boros. Karena itu tadi, sebagian terbuang percuma.