Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Bagaimana Sebaiknya Cara Memberi Uang ke Orang yang Mulai Pikun?

Diperbarui: 13 Desember 2020   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. kumparan.com

Pertama kali menetap di Jakarta karena memperoleh pekerjaan, saya tinggal di rumah tante saya. Sekitar dua tahun, dari 1986 hingga 1988, saya menjadi bagian dari keluarga tante tersebut. Jelas, jasa beliau sangat besar terhadap diri saya.

Setelah itu, meskipun saya beberapa kali pindah rumah hingga memiliki rumah sendiri, setiap beberapa bulan, saya menyempatkan diri bersilaturahmi menemui tante. Biasanya, saat mau pamit, saya akan menyalami tante sambil menyelipkan beberapa lembar uang.

Sekarang si tante diurus oleh salah satu anak perempuannya. Artinya, si anak bersama keluarganya tinggal bersama ibunya. Anak-anak tante yang lain tinggal bersama keluarga masing-masing, tapi mereka relatif sering datang menengok ibunya. O ya, suami si tante sudah 15 tahun yang lalu meninggal dunia.

Apakah si anak yang mengurus ibunya itu layak disebut sebagai generasi sandwich atau bukan, mungkin bisa diperdebatkan. Si anak saya lihat tidak sabar dalam mengurus ibunya, tapi ia sendiri menikmati keuntungan tersendiri karena tinggal di rumah orang tuanya sendiri.

Ketidaksabaran si anak terlihat sekali sewaktu saya menemui tante baru-baru ini. Ceritanya sejak pandemi saya belum pernah ke sana, bahkan termasuk di hari lebaran, Mei lalu. 

Namun, gara-gara ada foto si tante yang sekarang berusia 78 tahun lagi tergeletak lemah di tempat tidur di rumahnya sendiri yang saya dilihat di grup WA "famili", jadilah saya mengunjunginya. 

Saya sengaja memakai masker dan ketika si tante mengunjukkan tangannya untuk bersalaman sambil tetap tiduran, saya mohon maaf, membalas hanya dengan mengatupkan kedua tangan di dada. Lalu si anak menjelaskan ke ibunya bahwa sekarang tidak boleh bersalaman karena lagi ada virus korona.

Cerita anaknya bahwa ibunya sudah pikun, bisa saya pahami. Ibunya, berkali-kali minta makan, baik nasi maupun sekadar makan biskuit. Hanya saja, saya sedikit kurang nyaman ketika si anak menceritakan kerepotannya mengurus ibunya. Kesan saya, ia kurang ikhlas.

Si anak kerepotan bila si ibu akan buang air besar. Soalnya si ibu sendiri sudah susah untuk menggerakkan badannya. Jangankan berdiri, sekadar duduk saja, sudah susah, duduk sebentar langsung rebah lagi.

Ya, terbayang memang kerepotan itu, seperti sering mengganti pampers, mengganti pakaian, dan  mengganti sprei. Namun, bila mengingat jasa orang tua, tak pantas rasanya si anak berbicara dengan nada keras dan kesal ke ibunya sendiri.

Sebetulnya, ada juga seorang asisten rumah tangga di sana yang juga melayani tante saya itu. Ia cukup sabar dalam melayani orang tua yang sudah pikun. Sebagai daya tarik, gaji si asisten diberikan dua kali lipat dari yang diterimanya sebelum si ibu ini terpaksa rebahan di tempat tidur saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline