Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Libur Panjang, Sumpah Pemuda, Maulid Nabi, dan Covid-19

Diperbarui: 28 Oktober 2020   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Macet di libur panjang (dok. kompas.com)

Mulai Rabu (28 Oktober 2020) hingga Minggu (1 November 2020), merupakan masa libur panjang di negara kita. Para pegawai negeri, karyawan perusahaan, mahasiswa dan pelajar, tentu menyambutnya dengan gembira.

Tapi, tetap masih saja banyak orang yang harus bekerja, agar dapur mereka berasap. Pedagang kecil, pemulung, pelayan toko di mal-mal, petugas kebersihan, pengemudi kendaraan roda dua atau roda empat yang menunggu pesanan melalui aplikasi tertentu, tidak mengenal libur panjang.

Pegawai atau karyawan pun, yang bekerja di tempat tertentu, juga harus masuk, antara lain tenaga kesehatan, polisi lalu lintas, pemadam kebakaran, masinis, kapten kapal, pengemudi bus, pilot, pramugari, petugas pom bensin, besar kemungkinan tetap bekerja tergantung shift-nya.

Demikian pula para penyiar radio, penyiar dan reporter televisi, jurnalis media cetak atau media daring. Termasuk admin dan pengelola Kompasiana, akan tetap bekerja melayani tulisan para kompasianer yang justru semakin banyak pada masa libur.

Maka, bagi yang berlibur, silakan menikmatinya, dan bagi yang bekerja tidak perlu berkecil hati. Namun, ada keistimewaan libur panjang kali ini, karena bertepatan dengan dua hal yang perlu diperingati bersama, yakni mengenang peristiwa Sumpah Pemuda dan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW bagi umat muslim.

28 Oktober 1928, hampir satu abad yang lalu, ketika kemerdekaan Indonesia masih dalam angan-angan, para pemuda dari berbagai penjuru, dengan latar belakang etnis dan agama yang berbeda, telah berikrar untuk bersatu dengan mengakui tumpah darah, bangsa, maupun bahasa yang satu, Indonesia. 

Tanpa ada Sumpah Pemuda, bisa jadi perjuangan kemerdekaan kita belum tercapai pada 17 Agustus 1945. Jadi, semangat persatuan para pemuda yang punya visi yang sama, yakni visi ke-Indonesia-an, telah membakar semangat juang pantang menyerah untuk merebut kemerdekaan.

Kemudian, tentang Maulid Nabi, yang merupakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Rabiul Awal pada kalender hijriyah, memang bukan hanya diperingati di Indonesia saja. Di beberapa negara lain dengan penduduk mayoritas muslim, juga punya budaya Maulid Nabi yang meriah seperti di Mesir dan Turki.

Di Indonesia, cara merayakan Maulid Nabi juga beragam. Sebagai contoh, yang paling sering diberitakan media massa adalah acara Sekaten dan Grebeg Maulud yang mencerminkan membaurnya pihak keraton di Yogyakarta dengan masyarakatnya. Acara yang sama juga dilakukan oleh keraton di Surakarta.

Mau memperingati Sumpah Pemuda, Maulid Nabi, atau tak memperingati apa-apa asal bisa berlibur panjang, semuanya tergantung pilihan kita masing-masing. Tapi apapun pilihannya, dalam masa pandemi sekarang ini, kita harus bersatu melawan Covid-19. 

Kesadaran diri sendiri sangat diperlukan dalam mematuhi protokol kesehatan. Jangan memakai masker hanya gara-gara takut ada razia dan terkena denda. Ya, kesadaran diri, itulah kata kuncinya. Seperti halnya kesadaran yang muncul pada para pemuda pada tahun 1928 untuk berikrar melalui Sumpah Pemuda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline