Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat di Era Pandemi

Diperbarui: 9 September 2020   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. kemenpora.go.id

Hari ini, Rabu 9 September 2020, diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional (Haornas). Kenapa tanggal 9 September? Karena mengacu pada tanggal pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang pertama, berlangsung di Stadion Sriwedari, Solo, 9-12 September 1948. Ketika itu, meskipun kita sudah merdeka, tapi masih dalam kondisi agresi militer Belanda yang ingin menjajah kita lagi.

Haornas diperingati sejak tahun 1983, dan kemudian diperkuat landasan hukumnya dengan Keputusan Presiden (Kepres) nomor 67 tahun 1985. Ketika di era Orde Baru tersebut, tema yang diusung dalam peringatan Haornas adalah "memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat".

Namun sejak era reformasi, jargon di atas jarang terdengar. Walaupun demikian, sebetulnya jargon itu masih tetap relevan, termasuk saat ini ketika negara kita dilanda pandemi Covid-19. Intinya, olahraga jangan hanya dianggap untuk para atlet saja, sedangkan masyarakat cukup sebagai pendukung.

Bukan, bukan begitu. Bukankah kita semua perlu berolahraga agar tubuh kita sehat? Masyarakat yang sehat akan lebih produktif dalam bekerja dan lebih tangguh mentalnya, sehingga pada gilirannya akan membawa bangsa Indonesia lebih maju lagi.

Jadi, berbicara tentang olahraga, bisa berkaitan khusus dengan olahraga prestasi yang merupakan ranahnya para atlet dan pelatih. Bisa pula berkaitan dengan olahraga untuk masyarakat umum, baik sebagai hiburan dalam rangka menyalurkan hobi, maupun untuk memelihara kesehatan. Di situlah konteks memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat dirasa tepat.

Olahraga sebagai hobi, itu bagus. Tapi sebetulnya, hobi atau tidak, berolahraga itu sifatnya wajib, seperti wajibnya kita makan. Tentu olahraga tidak harus berupa permainan saja. Berjalan kaki di taman terbuka atau bersepeda di jalur khusus pun lumayan bagus. Bagi yang punya uang, juga boleh rutin ikut program di pusat kebugaran yang ada di mal-mal.

Di sisi lain, olahraga berkaitan erat dengan bisnis yang melibatkan uang dalam jumlah besar. Tentu yang dimaksudkan adalah jenis olahraga tertentu yang laku dijual sebagai tontonan, baik secara langsung di stadion, maupun melalui tayangan langsung di layar kaca.

Hanya saja, di era pandemi ini tidak memungkinkan penonton datang langsung ke stadion. Liga sepak bola di beberapa negara Eropa sempat terhenti, tapi akhirnya kembali dilanjutkan tanpa kehadiran penonton. Bahkan para pemain saja perlu menerapkan protokol kesehatan. Liga Indonesia  pun dikabarkan segera akan bergulir lagi setelah tertunda sekitar 6 bulan.

Indonesia sendiri akan bertindak sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021. Timnas U-19 yang tengah dipersiapkan agar nanti tidak hanya sebagai penggembira saja, ikut Piala Dunia karena status istimewa sebagai tuan rumah, lagi digembleng di Kroasia. Itulah hajatan terbesar dalam sejarah persepakbolaan kita yang semoga saja tidak mengalami penjadwalan ulang gara-gara pandemi.

Namun, berbicara tentang prestasi, sepak bola kita boleh dibilang menyedihkan. Jangankan di level Asia, untuk Asia Tenggara saja, kita sudah tertinggal dari  Thailand, Vietnam, Malaysia, bahkan dengan negara yang baru melek sepak bola seperti Filipina.

Hanya bulutangkis lah olahraga yang mampu menyelamatkan nama Indonesia di kancah internasional. Dalam waktu singkat ini, bakal berlangsung event Thomas Cup dan Uber Cup di Denmark, lambang supremasi kejuaraan beregu dalam cabang olahraga bulutangkis. Kita doakan tim Indonesia berjaya di event tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline