Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Wanita Tipe Jinak-jinak Merpati yang Sering Disalahpahami

Diperbarui: 9 Agustus 2020   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. steemit.com

Biasalah, kalau saya terlibat dalam obrolan ringan dengan teman-teman kuliah saya dulu, khususnya bila pembicaraan itu hanya diikuti oleh tiga atau empat orang lelaki saja, topik tentang wanita sering dikupas. Tentu wanita yang "dikupas" adalah teman-teman kuliah kami juga, terutama yang punya wajah atau penampilan yang menawan.

Padahal, mengingat usia kami yang tidak muda lagi, harusnya yang menjadi bahan obrolan adalah seputar bagaimana kiat meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, atau soal cara meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak gampang terkena penyakit.

Begitulah, pada suatu sore sekitar dua tahun lalu, ada dua orang teman, sebut saja namanya Ali dan Badu, yang datang ke kantor tempat saya bekerja. Karena saya lagi sedikit santai, maka saya cukup lama ngobrol-ngobrol di ruang yang kusus digunakan untuk orang luar yang datang bertamu.

Tujuan Badu sebetulnya ingin berkonsultasi soal bagaimana cara mengajukan permohonan kredit, sedangkan Ali hanya sekadar menemani. Badu merasa perlu bertanya kepada saya karena saya memang bekerja di sebuah bank BUMN. 

Tapi karena seumur-umur saya berkutat di kantor pusat saja, itupun bukan di divisi perkreditan, saya hanya bisa menjelaskan secara teoritis sesuai buku pedoman perkreditan yang saya pelajari. Adapun dalam praktiknya mungkin ada sedikit modifikasi, dan  yang layak menjawabnya adalah orang yang bertugas menangani perkreditan di kantor cabang.

Namun setelah itu, pembicaraan melebar ke urusan cewek, menyangkut para mantan terindah. Saya tahu kalau dulu Ali lama berpacaran dengan Desi, sang bunga kampus, teman satu angkatan saat kami kuliah. Hanya saya tidak tahu pasti, entah kenapa, mereka tidak berjodoh.

Saya spontan bertanya bagaimana kabar Desi sekarang kepada Ali. Tiba-tiba saja Ali dan Badu serentak tertawa. Sebetulnya tidak ada yang lucu, hanya mungkin saya dianggap kurang mengikuti perkembangan teman-teman. Soalnya, sekarang Desi ternayata sudah jadi seorang janda, setelah suaminya yang seorang pejabat di sebuah kementerian, meninggal dunia, setahun sebelum kami bertemu tersebut. 

Nah, setelah itu, saya relatif rajin menyimak perkembangan Desi, terutuma dari grup media sosial yang kami sama-sama jadi anggotanya. Jika ada acara reuni, arisan, atau pengajian yang dihadiri para alumni, saya usahakan untuk datang.

Sesuai dugaan saya, meskipun Desi sudah berusia kepala lima, ternyata di mata teman-teman lama, daya tariknya belum pudar. Maka jika ada acara kumpul-kumpul, bila Desi ikut hadir, dipastikan suasana akan heboh, banyak yang mencoba mencari perhatian Desi. 

Hanya saja Desi dinilai sebagai wanita bertipe jinak-jinak merpati. Itulah komentar beberapa teman saya. Saya tidak membantah dan tidak pula mengiyakan. Karena saya masih  berpikir apa kira-kira indikator seorang wanita disebut jinak-jinak merpati.

Desi cukup supel, terbuka, dan relatif sering bertemu teman-teman kuliah dulu. Desi juga tahu teman lelaki yang kelihatan memberi sinyal ingin menjalin hubungan spesial dengannya. Masalahnya, beberapa lelaki yang serius mendekatinya, hanya satu orang yang berstatus sebagai duda, setelah bercerai dengan istrinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline