Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Mahathir Ingatkan Negara Lain Jangan Terjebak Berutang ke China, Indonesia Tersindir?

Diperbarui: 10 Juni 2020   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. liputan6.com

Meskipun sudah lengser dari kursi perdana menteri (PM) di negeri jiran Malaysia, suara Mahathir Mohamad yang sudah berusia 94 tahun, masih lantang. Belum lama ini, Mahathir memperingatkan negara lain, khususnya sesama negara-negara di Asia Tenggara, agar tidak terjebak berutang kepada negara China.

Seperti yang dilansir dari tribunnews.com (8/6/2020), Mahathir yang mundur sebagai PM Malaysia pada Februari 2020 lalu, pernah memberikan peringatan keras  bagi negara manapun yang berutang ke China. Kata Mahathir, utang dari China adalah jebakan, karena bila negara tersebut tak bisa melunasinya, akan berada di bawah kontrol China.

Memang ketika Mahathir melontarkan peringatan itu, Filipina diberitakan sejumlah media massa sedang mendapat kucuran dana dari investor asal China. Tapi, di luar Asia Tenggara, banyak negara  yang mendapat gelontoran dana seperti itu. Terlalu banyak jika ditulis satu persatu, baik di Asia, Afrika, maupun Oseania.

Sewaktu Malaysia di bawah kepemimpinan Najib Razak, banyak mengambil pinjaman dari negara tirai bambu itu, tapi tidak mampu melunasi, bahkan Najib tersangkut kasus korupsi. Kemudian saat Mahathir tampil menggantikan Najib, Mahathir melakukan strategi gali lubang tutup lubang dengan berutang ke Jepang untuk melunasi utang ke China.

China ditengarai mempunyai strategi khusus di balik memberikan pinjaman besar-besaran ke sejumlah negara itu. Bila negara pengutang tidak mampu melunasi, China akan membangun pangkalan militer di sana. 

Tidak hanya itu, bahkan China meminta konsesi tertentu seperti yang dialami Sri Lanka pada 2017 yang menyerahkan pengelolaan pelabuhannya ke perusahaan-perusahaan yang dimiliki pemerintah China dengan sewa selama 99 tahun.

Nah, bagaimana dengan pengalaman Indonesia? Sebelum kita lihat referensi yang berkaitan dengan jumlah utang Indonesia ke China serta prediksi apakah Indonesia mampu mengembalikannya sehingga tidak terjebak, harus diakui masalah ini tergolong sensitif.

Disebut sensitif karena sangat gampang digoreng atau dipelintir. Bahkan sangat sering topik tentang makin banyaknya modal China masuk ke Indonesia, yang disertai dengan rombongan tenaga kerja asing (TKA) dari China, menyebar dengan cepat di berbagai grup percakapan di media sosial.

Banyak tulisan di media sosial tersebut yang berkaitan dengan TKA China yang perlu diverifikasi karena beraroma hoax. Ada yang meyebarkan karena ketidaktahuan, tapi tak sedikit karena kesengajaan dengan motif politik. Boleh jadi juga bermotif SARA bila dikaitkan dengan ketidaksukaan kelompok tertentu kepada saudara kita WNI yang berdarah Cina.

Seperti diketahui, ketimpangan ekonomi di negara kita masih terbilang lebar, dan segelintir warga yang masuk kelompok super kaya, kebetulan didominasi oleh keturunan Cina. Terlepas dari kedekatan para pengusaha keturunan tersebut yang menjalin hubungan baik dengan pejabat pemerintah, harus diakui saudara kita itu punya karakter yang gigih dalam berbisnis.

Sekarang coba kita lihat berapa jumlah utang Indonesia dari China. Data yang lumayan baru, bisa dilacak seperti yang ditulis wartaekonomi.co.id  (4/3/2020). Disebutkan bahwa ternyata bukan China yang menjadi negara pemberi utang terbesar kepada Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline