Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Di Jakarta Tak Dapat Uang, Mau Pulang Kampung Dilarang

Diperbarui: 29 Maret 2020   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang asal Minang di Pasar Tanah Abang (dok. grid.id)

Dimulai dari Sumatera Barat dengan munculnya surat yang ditandatangani Gubernur Irwan Prayitno yang meminta para perantau Minang untuk tidak pulang kampung, sekarang sudah banyak para kepala daerah yang ikut-ikutan melakukan langkah serupa.

Meskipun belum berupa surat, tapi dari berita yang ditayangkan televisi, Gubernur Jawa Barat dan Jawa Tengah meminta agar para perantau yang berasal dari daerahnya tidak pulang ke kampung.

Orang Minang sangat terkenal sebagai perantau ulung, sehingga jumlah perantau dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tinggal di Sumatera Barat, bisa dikatakan sama banyaknya.

Tempat urang awak mencari nafkah tersebar di berbagai penjuru nusantara, bahkan juga di mancanegara. Tapi yang terbanyak adalah yang berdomisili di ibu kota Jakarta beserta kota-kota di sekitarnya.

Tentu saja niat sang gubernur adalah demi kebaikan bersama. Maksudnya agar para perantau yang mungkin saja tidak tahu kalau di tubuh mereka terpapar virus corona, jangan menjadi penyebar virus di kampung halamannya bila mereka pulang. 

Apalagi yang akan terkena itu adalah orang tua, istri dan anak, famili dan sahabat dari para perantau itu yang akan berinteraksi bila mereka pulang kampung.

Melawan virus yang menyebar ke semua daerah tentu jauh lebih sulit ketimbang bila virus itu bisa dilokalisir di suatu daerah saja, katakanlah di Jakarta dan kota-kota sekitarnya.

Jakarta jelas bukan tempat perantauan etnis Minang saja. Justru para perantau dekat, maksudnya dari sesama pulau Jawa lah yang lebih gampang pergerakannya untuk pulang kampung.

Maka harapan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil agar perantau asal Jawa Barat di Jakarta untuk tidak pulang kampung, bisa dipahami. Ridwan menunjukkan bukti bahwa di Sumedang baru-baru ini bertambah 300 orang yang berstatus ODP (orang dalam pemantauan) setelah orang Sumedang yang bekerja di Jakarta tiba-tiba mudik.

Demikian pula Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah mengeluarkan imbauan serupa. Masih dari berita televisi, imbauan untuk tidak mudik saat lebaran akhir Mei mendatang datang dari Menteri Agama Fachrul Razi. Kalau sayang dengan orang tua di kampung, jangan mudik, ujar Fachrul.

Memang sangat dilematis. Para perantau biasanya tinggal berkelompok di Jakarta. Ada yang sesama penjual pecel lele, sesama penjual kopi instan berkeliling dengan sepeda, sesama penjual mie ayam menggunakan gerobak, sesama tukang bangunan, sesama tukang pangkas rambut, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline