Setelah dipastikan ada dua orang warga Depok, Jawa Barat, yang positif terpapar virus corona, kewaspadaan masyarakat jelas langsung meningkat. Salah satu bentuk kewaspadaan itu adalah lebih berhati-hati bila berada di tempat yang ramai, seperti di atas kendaraan umum, di pasar, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, dan sebagainya.
Bagi umat Islam, khususnya yang laki-laki, ada kewajiban untuk melaksanakan salat berjamaah lima kali dalam sehari di masjid atau musala. Dan yang paling ramai jamaahnya adalah saat pelaksanaan salat Jumat.
Tentu saja bila ada jamaah yang diduga terkena virus corona, kehadirannya di masjid jadi membahayakan. Soalnya ada potensi untuk menularkannya pada jamaah lain.
Mengingat hal tersebut, rasanya beralasan bila pemerintah Iran, salah satu negara di luar China yang tercatat banyak warganya yang menderita virus menakutkan itu, memutuskan untuk mebatalkan ibadah Salat Jumat, pada Jumat 28 Februari 2020 lalu. Pertandingan olahraga dan acara konser musik juga dihentikan, sebagaimana diberitakan channelnewsasia.com.
Demikian pula di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, tentu dengan dilarangnya jamaah umroh yang datang dari sejumlah negara, kepadatan jamaah yang melakukan tawaf (menegelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali), akan jauh berkurang.
Gak usah jauh-jauh ke Iran atau Arab Saudi, soal beribadah yang membuat jamaahnya parno, saya alami sendiri saat salat magrib berjamaah di masjid dekat rumah saya di kawasan Tebet Jakarta Selatan, Senin (2/3/2020).
Mungkin karena saya masih shock sehabis sepanjang sore mengikuti berita televisi yang lagi hangat-hangatnya mengupas tentang kepastian dua warga Depok terpapar virus corona tersebut di atas, sehingga salat saya tidak khusuk.
Masalahnya, saya yang masuk masjid ketika salat baru saja dimulai, tak bisa memilih posisi, harus menyambung barisan belakang yang belum penuh. Ternyata jamaah yang berdiri di sebelah kiri saya sering batuk.
Mendengar batuknya yang sepertinya berdahak, tampaknya ia menderita batuk pilek. Namun imajinasi saya cenderung liar, jangan-jangan ia terkena virus corona.
Setiap batuk, tangan si jamaah mengusap wajahnya, mungkin bermaksud menutup mulutnya. Memang saya tidak melihat ke arah sebelah, tapi karena saya tidak khusuk itu tadi, dari samping pun bisa saya "awasi".
Nah, keparnoan saya semakin menjadi-jadi begitu salat usai. Sebetulnya hal yang biasa saja, jamaah yang duduknya berdekatan saling bersalaman. Tadinya saya berharap jamaah yang saya "awasi" tadi tidak menyorongkan tangan untuk bersalaman.