Sebetulnya kalau pemerintah Amerika Serikat (AS) menilai Indonesia telah tergolong sebagai negara maju, dilihat dari beberapa hal mungkin ada benarnya, dalam arti terkesan seperti negara maju.
Namun faktanya kita memang belum layak menyandang status terhormat itu. Bahkan pemerintah menargetkan baru akan tercapai pada tahun 2045 mendatang.
AS ditengarai sengaja memberi label negara maju buat Indonesia, karena ada kepentingan tersamar agar lebih menguntungkan mereka dalam transaksi perdagangannya.
Tapi hal tersebut tidak menjadi fokus tulisan ini. Tanpa diperkuat dengan data kuantitatif yang memadai, tulisan pendek ini hanya ingin mengangkat beberapa hal yang membuat kesan bahwa Indonesia sudah maju.
Pertama, bila kita melihat semaraknya gedung pencakar langit di beberapa jalan protokol di ibu kota Jakarta, rasanya tidak salah lagi, sudah sebelas dua belas dengan Singapura, Tokyo, bahkan dengan kawasan Manhattan di New York.
Meskipun di balik gemerlapnya Jakarta masih banyak kawasan kumuh dengan gang sempit yang sering kebanjiran. Tapi ini tidak terlihat dari balik kaca, bila kita makan malam di rooftop Hotel Westin Gamma Tower yang berlantai 69 dan sementara ini tercatat sebagai gedung tertinggi di Indonesia.
Kedua, mal-mal di Jakarta dan sekitarnya, serta di kota besar lain di tanah air, terbilang banyak dan dari sisi kemegahannya juga tidak kalah dengan yang terdapat di negara maju. Ini merupakan indikasi bahwa konsumsi kelas menengah kita lumayan dahsyat.
Jalan-jalanlah di jam makan siang atau makan malam di Plaza Indonesia, Grand Indonesia, Senayan Plaza, Senayan City, Pacific Place, Central Park, Mal Taman Anggrek, Pondok Indah Mall, Mal Kelapa Gading, dan banyak lagi yang lainnya, pasti akan menemukan banyak sekali orang yang lagi makan di food court-nya.
Melihat harga makanan di mal yang dua kali lipat ketimbang di warung biasa, jelaslah bahwa para pelanggan mal adalah kelompok kelas menengah. Dan jumlah mereka relatif banyak, makanya mal-mal tetap berkembang.
Ketiga, kenapa kemacetan di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota besar lainnya tetap tidak bisa dikurangi? Ya, anda benar, karena jumlah kendaraan bermotor selalu bertambah, tidak sebanding dengan pertambahan jalan raya.
Sekarang orang punya mobil sudah hal yang biasa. Mereka yang punya mobil mewah baru dianggap orang kaya. Padahal dulu sampai dekade 1980-an, punya sepeda motor saja, sudah dianggap orang berpunya.