Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Saat Virus Corona Mengancam, Bisakah Pelayanan Publik yang Cepat tapi Selamat?

Diperbarui: 17 Maret 2020   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Warta Kota

Bila ada orang yang memasuki kantor sebuah bank, sewaktu satpam membukakan pintu, pasti sudah mendapat sapaan ramah semisal "Selamat pagi, apa yang dapat kami bantu?".

Kemudian si satpam akan membantu mengambilkan nomor antrean sambil bertanya jenis transaksi apa yang akan dilakukan si tamu. Hal ini berkaitan dengan jenis formulir yang harus diisi nasabah tersebut. 

Nanti saat si nasabah bertransaksi dengan dilayani oleh seorang teller, barulah diminta memperlihatkan KTP-nya untuk difotokopi dan menjadi lampiran dari formulir yang diisi sebelumnya.

Tapi bila yang dapat datang adalah orang yang bergaya preman, mungkin saja satpam akan memasang kewaspadaan yang lebih tinggi. Saat si tamu masuk sudah diminta menunjukkan KTP. 

Kalau satpam menduga KTP tersebut palsu atau foto di KTP berbeda dengan yang terlihat langsung, alamat akan lama urusannya. Bisa-bisa diinterogasi terlebih dahulu.

Padahal orang bertampang kriminal boleh jadi orang baik-baik. Sedangkan yang bertampang baik-baik, ada yang malah jadi penjahat. Tapi memang begitu prosedurnya. Bila ada yang dicurigai, petugas bank tentu tidak mau kecolongan.

Kecepatan memang sering berbanding terbalik dengan keselamatan atau keamanan. Makanya dulu ada pepatah  "biar lambat asal selamat". Bagi yang menumpang ojek motor dan berpesan ke tukang ojek untuk cepat-cepat tapi juga selamat, biasanya diledek, "mau cepat kok minta selamat".

Tapi dunia modern memang menghendaki yang serba cepat. Artinya pelayanan yang baik adalah yang cepat tanpa mengabaikan keselamatan. 

Hanya saja prinsip "cepat, selamat" sekarang menjadi sulit terwujud. Seperti diketahui sekarang yang jadi sumber ketakutan semua orang adalah tersebarnya virus corona. 

Virus ini tidak memandang penampilan seseorang apakah bergaya orang baik-baik atau preman. Mau tak mau semua pengunjung di sebuah gedung perkantoran harus dicek dulu suhu tubuhnya. Yang suhunya di atas normal, akan ditolak memasuki gedung, disuruh memerikskan diri ke rumah sakit.

Dulu, sejak  beberapa gedung menjadi sasaran bom bubuh diri dari kelompok teroris, gedung perkantoran rata-rata telah dilengkapi gerbang pendeteksi logam. Bagi yang membawa tas, juga akan diperiksa tasnya, secara konvensional atau melalui alat khusus seperti yang ada di bandara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline