Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Kerusuhan di Wamena Telan 30 Korban Jiwa, Beritanya Tenggelam oleh Demo Mahasiswa

Diperbarui: 26 September 2019   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Cendrawasih Pos

Demonstrasi mahasiswa yang terjadi di hampir semua kota besar di tanah air dalam tiga hari terakhir ini telah menyita perhatian publik. Yang menjadi sasaran adalah gedung DPR di Jakarta atau gedung DPRD di masing-masing kota tempat demonstrasi berlangsung.

Di beberapa kota terjadi pelemparan yang mengakibatkan pecahnya kaca di gedung DPRD. Bahkan di Padang, para mahasiswa berhasil menduduki kantor DPRD Sumbar dan melakukan sejumlah pengrusakan.

Di Jakarta sendiri, gerbang masuk tol dibakar massa, meskipun diduga yang melakukannya bukan lagi mahasiswa, tapi ada kelompok yang sengaja membonceng aksi mahasiswa. Banyak pula pelajar SMA atau SMK yang ikut-ikutan demo.

Gelombang demonstrasi mahasiswa kali ini tergolong dahsyat, yang terbesar dalam 20 tahun terakhir, setelah demo yang berhasil menurunkan Presiden Soeharto tahun 1998 lalu. Wajar kalau perhatian media massa terpusat ke sini.

Namun ada peristiwa lain yang tidak boleh luput dari perhatian kita yakni demonstrasi yang berujung dengan kerusuhan massa yang terjadi di Wamena, Papua. 

Berita TVRI, Rabu sore (25/9/2019) menyebutkan peristiwa di Wamena tersebut telah menelan korban nyawa sebanyak 29 orang. Belum lagi kalau dihitung banyaknya kantor yang dibakar massa.

Kemudian sekitar dua jam setelah itu, dari running text di televisi, tertulis korbannya sudah meningkat lagi menjadi 30 orang. Bisa jadi saat tulisan ini tayang di Kompasiana, jumlah korban sesungguhnya sudah bertambah pula.

Sebelumnya, pada hari demonstrasi terjadi yang dipicu oleh berita yang beredar bahwa seorang guru melakukan tindakan rasial, Senin (25/9/2019) yang lalu, jumlah korban disebutkan 17 orang. 

Tapi kemudian saat pembersihan area bekas kericuhan, ditemukan lagi beberapa mayat. Sedangkan terkait berita tindakan rasialis, setelah dicek pihak berwajib, ternyata tidak ada, tapi sengaja dihembuskan buat memancing kerusuhan.

Kuat dugaan adanya oknum yang sengaja melakukan penyebaran berita bohong tersebut, karena berharap akan meraih perhatian dunia dan selanjutnya menginginkan isu Papua akan dibahas pada sidang umum PBB.

Jadi jelaslah, tensi politik yang menghangat di Papua yang awalnya bermula dari tindakan rasialis yang ditujukan bagi mahasiswa Papua di Surabaya lebih sebulan yang lalu, masih belum selesai. Malah dikhawatirkan makin berkembang jadi bola liar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline