Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Mandiri, Bank Hasil Merger yang Namanya Diberikan Langsung oleh BJ Habibie

Diperbarui: 16 September 2019   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Bank Mandiri di Plaza Mandiri, Jakarta.(KOMPAS.com/SAKINA RAKHMA DIAH SETIAWAN)

Berdarah-darahnya hampir semua bank di tanah air, termasuk bank-bank milik negara, ketika krisis moneter yang dahsyat melanda Indonesia 1997-1998 lalu, telah menenggelamkan sejumlah bank. Ada yang betul-betul dilikuidasi, ada pula yang di-merger alias digabungkan dengan beberapa bank lain.

Salah satu kisah sukses merger perbankan nasional adalah lahirnya Bank Mandiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai penggabungan dari empat bank milik negara, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Ekspor Impor Indonesia (BEII), Bank Dagang Negara (BDN), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).

Sebetulnya agak sayang juga kalau diingat bahwa dari empat bank di atas, kecuali Bapindo, semuanya sudah melewati sejarah yang sangat panjang, karena didirikan pada zaman kolonial Belanda. 

Bank-bank itu saat melebur jadi Bank Mandiri telah berusia lebih dari satu abad. Tapi itulah persayaratan yang diharuskan International Monetary Fund (IMF) ketika pemerintah meminta bantuan pada lembaga keuangan internasional tersebut.

Tulisan ini tidak membahas liku-liku proses penggabungan bank-bank di atas, tapi lebih terfokus kepada sejarah kenapa diberi nama "Mandiri". Dan yang memberi nama bukan sembarang orang, tapi ide dari Presiden ketika itu, B.J. Habibie.

Sempat akan dinamakan Bank Catur oleh Presiden Soeharto, tapi tak jadi dipakai. Lagi pula Pak Harto sudah keburu lengser saat Bank Mandiri diresmikan.

Memang saat proses penggabungan pada akhir tahun 1997, Pak Harto masih berkuasa. Namun karena perekonomian kita luluh lantak dihantam krisis, memaksa Pak Harto menandatangani perjanjian dengan IMF yang antara lain meminta dilakukan restrukturisasi perbankan.

Adegan Presiden Soeharto menandatangani perjanjian tersebut, fotonya sering dimuat ulang oleh media massa. Yang menarik dari foto itu adalah tatapan arogan pejabat tertinggi IMF ke arah Pak Harto sambil berpangku tangan. 

Apa daya, kerusuhan parah yang membawa korban nyawa, dibakarnya banyak bangunan oleh massa, dijarahnya pusat perbelanjaan, dan terutama akibat anjloknya rupiah sampai kisaran Rp 17.000 per 1 dolar AS, padahal sebelum krisis masih di kisaran Rp 2.500, membuat Pak Harto mundur sebagai Presiden, Mei 1998.

Habibie yang tadinya menjadi wakil presiden akhirnya naik menduduki kursi orang nomor satu di negeri ini. Maka proses merger yang maju-mundur di era Pak Harto, dituntaskan secara cepat oleh Habibie.

Dalam sebuah rapat, Habibie melontarkan nama Mandiri dan disepakati oleh semua peserta rapat. Jadilah nama tersebut disematkan pada bank hasil penggabungan itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline