Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Konsumen Harus Rewel soal Kedaluwarsa

Diperbarui: 11 September 2019   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Provided by Trusted Media Brands, Inc (msn.com)

Berita tentang ibu hamil yang terlanjur meminum obat yang sudah kedaluwarsa, sempat menghebohkan karena ramai diberitakan media massa. Padahal obat tersebut ditebus di apotik resmi yang harusnya tidak menjual obat yang sudah kedaluwarsa. 

Hikmah dari berita tersebut, sambil berharap pihak yang berwenang mampu menertibkan semua apotik agar kasus di atas tidak terulang lagi, tak ada jalan lain, kita sebagai konsumen memang harus rewel soal kedaluwarsa.

Pengalaman saya bila menebus obat di apotik, saat dipanggil untuk menerima obat, di depan petugas saya membuka lagi bungkusan luar obat untuk meneliti masa kedaluwarsa masing-masing obat.

Jika misalnya masa kedaluwarsanya tinggal beberapa bulan lagi saya akan memohon pada si petugas untuk menukar dengan obat yang lebih baru. Karena lazimnya kalau obat baru, masa kedaluwarsanya masih setahun atau dua tahun lagi.

Bahkan bentuk lain dari kerewelan saya, misalkan saya dapat 30 butir tablet yang dikemas dalam kertas yang per lembar menyimpan 10 tablet, ketiga lembarnya saya teliti kedaluwarsanya.

Kalau ada dua lembar yang kedaluwarsa Maret 2020, tapi yang selembar lagi Agustus 2020, maka saya minta tolong agar yang dua lembar diganti dengan yang kedaluwarsa Agustus 2020.

Dengan demikian saya punya keyakinan bahwa obat yang saya minum masih stok baru dengan harapan juga lebih bagus hasilnya buat menyembuhkan penyakit yang saya derita.

Penyakit rewel saya soal kedaluwarsa tidak hanya berlaku untuk obat. Hal ini menular juga bila saya belanja kebutuhan sehari-hari di supermarket langganan saya, khususnya untuk produk makanan, minuman, dan aneka bumbu seperti kecap dan saus sambal.

Memang jadinya membutuhkan waktu lebih lama karena saya mencari stok terbaru dari sekian banyak barang yang sama-sama dipajang.

Sebagai contoh, saya menyukai makanan biskuit marie merek tertentu. Di tumpukan biskuit tersebut sudah tercampur biskuit dari merek yang sama dengan masa kedaluwarsa yang beragam. Dari yang tinggal satu bulan lagi sampai yang masih satu tahun lagi. Maka saya melihat beberapa di antaranya untuk mengambil yang masa kedaluwarsanya paling lama.

Apalagi untuk makanan yang masa kedaluwarsanya hanya sekitar empat sampai lima hari, seperti roti tawar atau roti sobek, saya lebih hati-hati lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline