Sebagai orang Minang yang lahir dan besar di kampung halaman, sungguh saya tidak menyadari kalau ada persamaan Minangkabau dengan negara Jerman, nun jauh di Eropa sana.
Apalagi setelah saya berusia seperempat abad, saya bekerja dan menjadi penduduk ibu kota Jakarta (hehe, mumpung masih boleh memakai kata ibu kota buat Jakarta), saya tidak begitu sering lagi memperhatikan simbol-simbol budaya Minang.
Nah awal Agustus 2019 lalu, saya bersama keluarga pulang kampung karena ada acara pernikahan keponakan dari istri saya. Saat keluar dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM), tiba-tiba anak saya bertanya: "Pa, kok di sini banyak bendera Jerman berkibar?". Jujur saya gelagapan untuk menjawab.
Baca juga : Apakah Etnosentrisme Minangkabau Menjadi Sebuah Masalah Bagi Keutuhan NKRI?
Diam-diam saya mencari informasi dari dunia maya. Dan inilah hasil penelusuran saya sekaligus membuktikan ketidakpekaan saya selama ini terhadap simbol budaya Minang, padahal pemandangan yang lazim saya lihat di masa kecil dulu.
Jadi, kalau di Aceh dan Papua sampai sekarang masih alot pelaksanaan pengibaran bendera budaya lokal, di Sumatera Barat tempat bermukimnya masyarakat Minangkabau, ternyata sudah lama berkibar bendera budaya tersebut.
Hanya saja bendera lokal Minang bukan berupa bendera horizontal sebagaimana bendera merah putih, tapi vertikal, yang mirip umbul-umbul. Dalam bahasa Minang, bendera lokal berbentuk umbul-umbul itu disebut marawa.
Nah, marawa tersebut terdiri dari tiga warna, hitam, merah dan kuning, persis bendera kebangsaan Jerman. Hanya karena disusun vertikal, maka warna hitam diletakkan di sebelah kiri, merah di tengah, dan kuning di sebelah kanan.
Sedangkan pada bendera Jerman, warna hitam diletakkan paling atas, merah di tengah, dan kuning yang di bawah.
Baca juga : Mengenal Talempong, Alat Musik Tradisional Minangkabau
Tiga warna itu melambangkan tiga luhak atau tiga daerah asal muasal masyarakat Minang. Luhak Tanah Datar yang meliputi Batusangkar dan sekitarnya yang merupakan luhak tertua dan tempat dibangunnya Istana Kerajaan Minangkabau beberapa abad lampau, punya lambang berwarna kuning. Luhak Agam yang meliputi Bukittinggi dan sekitarnya berwarna merah serta luhak Limapuluh Koto yang meliputi Payakumbuh dan sekitarnya berwarna hitam.