Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Pelajaran dari Pertengkaran Personil D'Masiv Saat Manggung di Lombok

Diperbarui: 15 Juli 2019   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

D'Masiv (dok. tribunnews.com)

Siapa tidak kenal kelompok musik D'Masiv? Baru-baru ini ada berita kurang sedap terkait grup band papan atas ini, tepatnya saat mereka lagi manggung di Lapangan Rembiga, Lombok, Sabtu (13/7/2019) lalu.

Dua personilnya yakni vokalis Rian dan bassist Rai tertangkap kamera sedang bertengkar di panggung. Rai bahkan mendorong Rian menjauh kemudian menjatuhkan bass-nya, lantas meninggalkan panggung. Video insiden tersebut beredar di media sosial dan mendapat tanggapan beragam dari warganet.

Sebetulnya pertengkaran antar personil di sebuah kelompok musik merupakan hal yang lazim, namun semuanya berlangsung di bawah panggung. Di atas panggung atau di depan penggemarnya, para personil biasanya mampu tampil kompak sebagai wujud profesionalitasnya.

Tak sedikit grup band yang bubar atau sering melakukan bongkar pasang pemain, antara lain karena ada ketidakcocokkan antar personil, sehingga salah satu atau beberapa orang terpaksa hengkang, terlepas dari apakah caranya dengan mengundurkan diri atau dipecat oleh manajernya.

Di bidang lain pun hal ini juga bisa saja terjadi, seperti antar pemain dalam satu klub sepak bola. Tapi, kalau lagi beraksi di lapangan hijau mereka harus mampu melupakan pertengkaran agar klub mereka memenangkan pertandingan.

Apalagi kalau kita berbicara tentang dunia orang kantoran, baik di instansi pemerintah ataupun di perusahaan swasta, situasinya sama saja. Sering suatu pekerjaan terhenti, terlambat penyelesaiannya, atau tidak tercapainya target yang telah ditetapkan sebelumnya, gara-gara adanya pertengkaran antar personil yang terlibat dalam suatu tim.

Makanya kemampuan dalam berkerjasama dengan orang lain atau membangun sebuah teamwork, merupakan salah satu hal yang dideteksi oleh tim seleksi dalam merekrut karyawan baru di manapun. Alat seleksinya pun terdiri dari beberapa tahap dari suatu rangkaian tes psikologi, seperti  focus group discussion dan wawancara individu.

Tapi itu saja belum cukup. Perusahaan yang bagus, biasanya setelah menerima satu angkatan karyawan baru, sebelum memulai pelatihan yang bersifat pemahaman atas materi pekerjaan, terlebih dahulu selama beberapa hari melakukan program outbond. Ini juga bertujuan antara lain untuk membangun kemampuan bekerja sama.

Berikutnya, setelah menjadi staf, dalam meniti karir akan terlihat bahwa mereka yang egois dan kurang mampu bekerjasama akan tertinggal dari temannya. Yang suka membantah dengan kalimat yang kasar di forum rapat, meskipun punya ide yang bagus, sering melepaskan emosi secara tak terkendali, suka ribut dengan staf lain, biasanya tidak disukai oleh atasan.

Namun seorang atasan yang baik tentu harusnya mampu mengendalikan semua anak buahnya dan tahu caranya "mengocok" sebuah tim agar antar anggota saling melengkapi untuk mencapai target yang direncanakan. Tapi kalau ada anak buah yang tak bisa dibina, apa boleh buat, akhirnya memang "dibinasakan" alias dibuang ke tim lain atau bahkan diminta untuk resign.

Pelajaran yang dapat kita tarik dari insiden D'Masiv, di manapun kita berkarir sangat penting mengasah kemampuan kita untuk bekerja sama dalam sebuah tim. Mengendalikan emosi dan menyampaikan ketidaksetujuan kita terhadap ide atau tingkah laku teman lain harus dilakukan secara baik-baik, dan jangan pernah memaksakan kehendak, bahkan meskipun terhadap personil yang pangkatnya lebih rendah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline