Terlalu banyak tulisan tentang susunan kabinet yang akan dibentuk Presiden Joko Widodo pada periode keduanya mendatang. Sebagian besar berupa prediksi siapa-siapa saja yang pantas masuk dalam kabinet.
Boleh saja menyebutkan nama-nama politisi, para profesional, atau bahkan yang berasal dari generasi milenial, yang dijagokan. Tapi jangan lupa, sejak puluhan tahun lalu, aspek keterwakilan etnis dan agama, serta jangan lupa pula keterwakilan kaum perempuan, selalu menjadi salah satu pertimbangan.
Namun tentu saja karena etnis Jawa dan yang beragama Islam merupakan mayoritas di negara kita, tak terelakkan, komposisi kabinet pun akan banyak yang berdarah Jawa dan muslim.
Hanya saja dominasi mayoritas tidaklah terlalu mencolok. Ambil contoh saat kabinet yang dibentuk Jokowi-JK setelah dilantik tahun 2014 lalu. Meskipun Jokowi kalah di Sumbar, tetap ada wakil urang awak di kabinet.
Awalnya ada Andrinof Chaniago yang kemudian kena reshuffle. Tapi berikutnya masih ada orang Minang lainnya yakni Rizal Ramli yang hanya bertahan sebentar. Berlanjut lagi dengan menteri wakil dari Partai Amanat Nasional (PAN), Asman Abnur yang juga berdarah Minang. Karena PAN mendukung Prabowo-Sandi, Asman akhirnya mengundurkan diri.
Tak ada menteri yang menjabat sesingkat Arcandra Tahar, putra Minang yang punya karir bagus di Amerika Serikat (AS) sehingga akhirnya punya paspor AS. Paspor ini pulalah yang membuat ia hanya mampu bertahan sekitar 20 hari menduduki kursi menteri. Setelah masalah administrasinya kelar, Arcandra harus puas menjadi Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Selain etnis Minang, etnis Batak juga sering kebagian kursi menteri. Saat ini ada Luhut Binsar Panjaitan dan Darmin Nasution sebagai wakil halak hita. Ada juga wakil Sumatera Utara lainnya, Yasonna Laoly, tapi bukan dari suku Batak, melainkan Nias, sebuah pulau terpisah ratusan kilometer dari Sibolga di pantai barat Sumatera.
Dari Aceh ada Sofyan Jalil. Dari Papua ada Yohana Yembise yang sekaligus mengisi keterwaklilan perempuan dan juga keterwakilan non muslim. Ada pula Amran Sulaiman yang berasal dari Sulsel.
Jokowi memang banyak menempatkan orang daerah di kabinetnya. Selain nama di atas ada juga yang berasal dari Bali untuk menteri Koperasi dan UMKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga. Berbeda dari biasanya, dulu orang Bal dapat "jatah" jadi menteri yang membidangi pariwisata.
Mengingat demikian banyak suku yang ada di negara kita, tentu tidak mungkin semuanya terwakili. Tapi suku-suku utama di suatu pulau besar perlu dipertimbangkan. Jangan pula melupakan WNI berdarah Tionghoa yang boleh dikatakan ada di semua pulau besar.
Paling tidak yang selama ini belum atau jarang ada yang menjadi menteri, contohnya adalah yang berasal dari Maluku, Lombok, Dayak, Banjarmasin, Manado, Melayu (ada banyak pecahan Melayu seperti yang berdiam di Deli Serdang, Riau, Jambi, Pontianak, dan sebagainya).